REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seseorang yang menantang kekuasaan Allah terdapat macam klasifikasinya. Alasannya bisa jadi mereka belum disentuh hidayah, bisa juga karena mereka hanya ingin mengetahui lebih jauh tentang kekuasaan Allah SWT.
Dalam sebuah riwayat disebutkan terdapat seorang bernama Ubay bin Khalaf yang menantang kebesaran Allah. Hal itu pula yang menyebabkan turunnya Surat Al-Ahzab ayat 77 berbunyi:
“Awa lam yara al-insanu annaa khalaqnahu min nuthfathin fa idza huwa khashimun mubin,”. Yang artinya: “Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari setitik air (mani)? Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata,”.
Dalam kitab Asbabun Nuzul karya Imam As-Suyuthi dijelaskan kisah atau sebab turunnya ayat ini. Turunnya ayat ini pun tak lepas dari hadits yang melatarbelakanginya.
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dengan sanad yang shahih, dari Ibnu Abbas ia berkata: “Al Ash bin Wa’il datang menghadap Rasulullah SAW dengan membawa tulang yang rusak sambil mematah-matahkannya. Ia kemudian berkata: Hai Muhammad, apakah Allah akan membangkitkan tulang yang sudah lapuk ini?”
“Rasulullah pun menjawab: Benar. Allah akan membangkitkan ini, mematikan kamu, menghidupkan kamu kembali, serta memasukkan kamu ke dalam neraka jahanam,”. Setelah itu turunlah Surah Al Ahzab ayat 77 dan Surah Yasin ayat 77 dan 83 yang menjabarkan bagaimana kekuasaan Allah yang tak terbatas.
Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim dari jalur Mujahid Ikrimah, Urwah bin Zubair, dan As-Suddi dengan hadis serupa, dengan tambahan orang tersebut (Al-Ash bin Wa’il) bernama Ubay bin Khalaf.
Baca juga: Jangan Khawatir Masa Depan, Yakinlah Allah Mengendalikannya