REPUBLIKA.CO.ID, NEWCASTLE -- Belum adanya kepastian mengenai pembelian Newcastle oleh konsorsoum asal Arab Saudi dinilai dapat mengganggu tim. Direktur Eksekutif Liga Primer Inggris Richard Masters tidak bisa memastikan kapan keputusan itu dibuat.
Namun pemain Newcastle, Isaac Hayden mengaku pengambilalihan klub tidak akan berpengaruh pada penampilan tim di lapangan. Meski sejak kembalinya Liga Primer Inggris Newcastle masih belum konsisten dalam permainannya. Terbaru, the Toon Army digasak Manchester City pada perempat final Piala FA kemarin.
"Saya tidak berbicara soal pemain lain, tapi saya pikir penampilan kami kembali seperti sebelum lockdown. Jelas saya tidak berpikir ada yang terpengaruh soal itu," kata Hayden dilansir dari laman Sky Sports, Selasa (30/6)
Dari tiga laga terakhir, Newcastle tercatat satu kali menang, satu kali kalah dan satu kali hasil imbang. Hayden menyebut hasil itu tidak buruk bagi tim.
"Para pemain telah berlatih dengan baik. Kami berada dalam semangat yang bagus, termasuk manajer dan staf," katanya.
Hayden mengakui apa yang terjadi di luar tim ada di luar kendali pemain. Sehingga tidak ada gunanya merasa frustrasi atas nasib kepemilikan klub.
"Kami hanya harus melakukan pekerjaan kami yaitu memenangkan pertandingan sepak bola untuk Newcastle," kata Hayden.
Di sisi lain, kampanye Black Lives Matter diakui Hayden memiliki pengaruh besar bagi Liga Premier. Dia pun menyambut baik atas kesempatan bagi pelatih dengan latar belakang BAME (Orang kulit hitam, Asia dan minoritas).
"Ada banyak pembicaraan tentang kesetaraan dalam hal manajemen, orang kulit hitam dalam peran manajer dan direktur. Saya setuju dengan itu," kata Hayden.
Namun Hayden pun tetap ingin ada syarat mumpuni untuk ada di posisi manajer tim. Bukan karena ingin ada bagian BAME, sehingga posisi manajer pun menjadi tidak berkompeten.
"Apa yang terjadi adalah banyak orang kulit hitam yang memenuhi syarat tidak mencoba karena mereka berpikir tidak mendapat pekerjaan itu. Maka itulah harus yang perlu berubah," katanya.