Rabu 01 Jul 2020 05:15 WIB

Kiat Menjadi Menjadi Muslim Sukses Bagi Mualaf

Bagi mualaf, meninggalkan kebiasaan buruk dari masa lalu bisa terasa sulit.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah
Kiat Menjadi Menjadi Muslim Sukses Bagi Mualaf
Foto: Republika/Eka Ramdani
Kiat Menjadi Menjadi Muslim Sukses Bagi Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang yang kembali kepada Islam menghadapi kesulitan besar dan berjuang dalam setiap aspek kehidupan mereka. Namun berkat rahmat Allah, mereka bisa bersama dengan umat Islam lainnya.

Meninggalkan kebiasaan buruk dari masa lalu terasa sulit, terutama ketika kebiasaan itu sangat diatur atau didasarkan pada norma yang ditetapkan oleh ikatan keluarga. Kunci untuk menemukan kesuksesan, sebagai seorang mualaf adalah menghentikan kebiasaan buruk dari masa lalu, dan membentuk kebiasaan baru yang selaras dengan Alquran dan sunnah Muhammad SAW.

Baca Juga

Beberapa kebiasaan lama yang harus ditinggalkan, diantaranya sebagai berikut.

Minum alkohol

Alkohol dan minuman keras lainnya yang sepenuhnya dilarang adalah Islam. Segala sesuatu yang mengubah atau menghilangkan pikiran dari akal sehat tidak diperbolehkan.

Tetapi bagi Muslim baru, yang mungkin tumbuh dalam keluarga yang memiliki kebiasaan minum atau rutin mengonsumsi alkohol sendiri, sulit menghentikannya. Seperti yang dikatakan Allah SWT dalam Alquran, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan," (Alquran Surah Almaidah ayat 90).

Menghentikan kebiasaan minum alkohol dapat dicapai dengan tekad, ketabahan, dan keyakinan penuh kepada Allah SWT. Bahkan mungkin memerlukan perawatan khusus tergantung pada seberapa besar ketergantungan seseorang pada alkohol.

Kebiasaan ini bisa diganti dengan sesuatu yang menyehatkan bagi tubuh seperti mengonsumsi jus segar yang justru bermanfaat bagi tubuh. Pernah satu ketika, Nabi Muhammad pernah diberi pilihan antara minuman beralkohol dan susu yang sehat. Dia memilih yang terakhir.

Abu Hurairah diriwayatkan, pada malam Rasul Allah dibawa dalam perjalanan malam (Mi'raj) dua cangkir, satu berisi anggur dan susu, disajikan kepadanya di Yerusalem. Dia melihatnya dan mengambil cangkir susu.

Jibril berkata, “Segala puji bagi Allah yang membimbing Anda ke jalan yang benar, jika kamu telah mengambil (cawan) anggur, umatmu akan tersesat.

Berkencan

Mungkin kelihatannya tidak ada yang bisa dilakukan karena berkencan kini menjadi kebiasaan yang umum di masyarakat. Namun, menurut kepercayaan Islam, kencan benar-benar dilarang. Sebaliknya, pasangan muda mencari bantuan orang tua mereka untuk menemukan pasangan yang cocok untuk memastikan pasangan yang baik, shalih dan memiliki visi misi yang sama.

Dengan mengingat hal ini, tidak mengherankan tingkat perceraian sangat rendah di komunitas Muslim dan lebih tinggi di komunitas non-Muslim. Komunitas non-Muslim disebut memilih menikah berdasarkan pada ketertarikan atau stabilitas keuangan daripada membangun pernikahan untuk bertahan dalam ujian waktu, seperti kehormatan dan saling menghormati.

Jadi apa solusi sempurna untuk menghentikan kebiasaan berkencan? Menikahlah.

Rasulullah SAW mengatakan, "Wahai para remaja putra, siapa pun di antara kamu yang mampu, biarkan dia menikah, karena itu lebih efektif dalam menurunkan pandangan dan menjaga kesucian seseorang. Dan siapa pun yang tidak mampu, harus berpuasa, karena itu akan menjadi perisai baginya." (Al-Bukhari dan Muslim)

Bergosip

Mungkin bergosip tentang seorang teman atau bahkan tetangga yang menyebalkan itu terlihat tidak berbahaya. Namun, semua ucapan memiliki konsekuensi dalam Islam dan mengendalikan lidah adalah perbuatan mulia.

Seperti yang diungkapkan dalam Alquran, "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan) karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang," (Al Hujurat ayat 12)

Berbicara tentang orang lain di belakang mereka adalah kebiasaan buruk yang dapat memiliki konsekuensi lebih besar. Karena penindasan dan fitnah adalah dosa yang berakar pada gosip. Dosa-dosa ini dapat menggerogoti jiwa dan membawa kerugian bagi semua yang terlibat. Menyingkirkan kebiasaan gosip adalah kebiasaan yang layak untuk dilakukan.

Sebagai seorang Muslim baru, mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik akan membantu membuka jalan menuju kesuksesan dalam kehidupan ini dan selanjutnya. Itu tidak akan mudah, tetapi tidak akan sia-sia untuk mencari keridhaan Allah.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement