Rabu 01 Jul 2020 14:23 WIB

Jangan Doakan Kejelekan untuk Anak, Ini Alasannya

Rasulullah SAW melarang orang tua mendoakan kejelekan untuk anak.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Rasulullah SAW melarang orang tua mendoakan kejelekan untuk anak Berdoa (Ilustrasi)
Foto: onislam.net
Rasulullah SAW melarang orang tua mendoakan kejelekan untuk anak Berdoa (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Berdoa pada dasarnya adalah untuk kebaikan. Ini pula yang melandasi prinsip mengapa orang tua  dilarang mendoakan keburukan menimpa anaknya. 

Hal ini seperti diriwayatkan Abu Dawud bahwa Rasulullah SAW bersabda:  

Baca Juga

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى خَدَمِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى سَاعَةَ نَيْلٍ فِيهَا عَطَاءٌ، فَيَسْتَجِيبَ لَكُمْ»

"Janganlah mendoakan keburukan atas diri kalian, janganlah mendoakan keburukan atas anak-anak kalian, janganlah mendoakan keburukan atas pembantu-pembantu kalian, janganlah mendoakan keburukan atas harta kalian, ketika bertepatan dengan waktu Allah menurunkan pemberian kepada kalian, sehingga doa kalian dikabulkan."

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, menyebutkan bahwa ada seorang datang kepada Abdullah bin Mubarak untuk mengadukan kedurhakaan anaknya. Abdullah bin Mubarak bertanya kepadanya.  

"Apakah engkau sudah mendoakan keburukan atasnya?" Dia menjawab, "Benar." 

Abdullah berkata, “Kalau begitu engkau telah merusaknya.”

Menurutnya, daripada menjadi penyebab rusaknya anak dengan mendoakan keburukan padanya, lebih baik kita mendoakan kebaikan padanya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW yang mendoakan kebaikan bagi anak-anak, sehingga Allah memberkati masa depan mereka dengan amal saleh, harta benda, dan anak yang banyak. 

Diriwayatkan Bukhari dan Ibnu Abbas RA, dia berkata, ” Rasulullah SAW mendekapku ke dada beliau dan berdoa: 

((اللهم علمه الحكمة))

 "Ya Allah, ajarilah dia hikmah." 

Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafal: "Ajarilah dia Alquran."

اللهم فقهه في الدين وعلمه التأويل

Dalam riwayat Muslim dan Bukhari yang lain disebutkan dengan lafal. ”Ya Allah, pandaikanlah dia dalam masalah agama."

Dalam riwayat Ahmad ditambahkan lafal: "Dan, Ajarilah dia dalam tafsir Alquran." 

Dengan doa Rasulullah SAW ini, Ibnu Abbas menjadi ulama umat ini dan ahli tafsir terkemuka. Rasulullah memakai metode doa untuk menyelamatkan seorang anak kecil dari memilih ibunya yang beragama Nasrani, daripada bapaknya yang beragama Islam. 

Dalam hal ini terdapat hikmah mendalam pada metode kenabian tersebut yang tidak dimiliki seluruh metode pendidikan di luar Islam. 

Diriwayatkan Abdurrazzaq dalam kitab Mushnaf-nya, dari Abdul Hamid al-Anshari, dari bapaknya, dari kakeknya, bahwasanya sang kakek masuk Islam. Tetapi istrinya tidak mau masuk Islam.  

Maka, dia pun datang menghadap Rasulullah dengan membawa anak mereka yang belum masuk usia baligh Rasulullah mendudukan si bapak di sebelah sana, berseberangan dengan sang Ibu, kemudian beliau menyuruh anak itu untuk memilih sambil beliau berdoa, "Ya Allah berikanlah anak ini hidayah." Maka, anak ini pun berjalan menuju kearah bapaknya. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan An-Nasa'i.   

Kedurhakaan masih jauh peringkatnya di bawah kekafiran. Namun, walau demikian solusi yang diberikan Nabi kepadanya adalah doa. 

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa doa dapat mencabut akar kedurhakaan, apabila kedua orang tua tulus dalam berdoa dan terus konsisten walaupun dalam perjalanan. 

Diriwayatkan Imam Muslim bahwasanya Nabi Muhammad apabila sudah naik di atas punggung unta untuk bepergian beliau bertakbir tiga kali kemudian membaca: 

الله أَكْبَرُ (3x)

سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ

"Mahasuci Allah yang telah mendudukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami. Ya Allah, dalam perjalanan ini kami memohon kepadamu kebaktian dan takwa serta amalan yang Engkau ridhai.

Ya Allah, mudahkanlah atas kami perjalanan ini dan pendekkanlah jaraknya. Ya Allah, engkau adalah teman di perjalanan dan penolong dalam keluarga. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari beratnya perjalanan ini dan buruknya pemandangan serta jeleknya tempat kembali pada keluarga, harta dan anak yang kutinggalkan.”

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement