REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China menolak kritik yang dilontarkan Departemen Pertahanan Amerika Serikat atas rencana untuk mengadakan latihan militer di Laut China Selatan. China menyatakan bahwa Washington harus disalahkan atas peningkatan ketegangan di wilayah tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam taklimat harian di Beijing, Jumat, menegaskan bahwa latihan militer yang direncanakan itu berada dalam wilayah kedaulatan China. Ia dimintai komentar soal pernyataan Pentagon itu.
Zhaobalik mengatakan bahwa "negara-negara nonregional" tertentu, yang melakukan latihan militer di Laut China Selatan, memberikan dampak pada stabilitas di kawasan. Zhao tidak menyebutkan nama negara mana pun, tetapi AS telah melakukan banyak pelayaran dengan mengirimkan kapal perangnya melalui Laut China Selatan untuk menegaskan kebebasan akses ke jalur perairan internasional tersebut.
AS menuduh China membuat Laut China Selatan jadi kawasan militer dan mencoba menakut-nakuti negara-negara Asia sekitar, yang mungkin ingin mengeksploitasi cadangan minyak dan gasnya yang besar. China mendaku 90 persen Laut China Selatan, yang secara potensial kaya energi. Namun, Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga mendaku bagian-bagian dari perairan itu, yang setiap tahun menjadi lalu lintas perdagangan senilai sekitar 3 triliun dolar AS (setara dengan Rp45 kuadriliun).
Pekan lalu, China mengumumkan bahwa pihaknya telah menjadwal lima hari latihan mulai 1 Juli dekat kepulauan Paracel, yang diklaim oleh Vietnam maupun China.
"Latihan militer merupakan rangkaian panjang terbaru dari tindakan PRC untuk menyatakan pendakuan tidak sah atas wilayah laut dan merugikan para jirannya di Asia Tenggara di Laut China Selatan," kata pernyataan Pentagon, mengacu PRC untuk menyebut Republik Rakyat China.
Vietnam dan Filipina juga mengkritik rencana latihan militer China dan memperingatkan bahwa tindakan itu dapat menciptakan ketegangan di kawasan serta berdampak pada hubungan Beijing dengan negara-negara tetangganya.
Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin memperingatkan bahwa China "akan menghadapi respons paling keras, (melalui jalur) diplomatik atau apa pun yang sesuai "jika latihan-latihan itu meluas ke wilayah Filipina.
"Yang pasti, China sama berhaknya, seperti kekuatan lain mana pun, untuk memohon kebebasan navigasi dalam latihan militernya. Tetapi kebebasan itu, perlu diingatkan, harus dijalankan dengan jujur dan tidak mengganggu pelayaran," kata Locsin, Jumat.