REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Medco Power Indonesia, anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk telah mendapatkan alokasi gas untuk kebutuhan pembangkit listrik. Alokasi gas tersebut akan berasal dari Blok Senoro-Toili yang akan diproses terlebih dulu gasnya di fasilitas Donggi Senoro LNG (DSLNG).
Deputi Keuangan dan Monetisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Arief Setiawan Handoko menjelaskan pemerintah telah mensepakati alokasi gas tersebut yang akan disalurkan secara dua tahap.
“Alokasi gas dari WK Senoro-Toili untuk Medco Power Indonesia sebesar 34 MMSCFD untuk 2023-2024,” kata Arief, Sabtu (4/7).
Tahap kedua, alokasi gas akan berlangsung selama 17 tahun sejak 2025 hingga 2042. Selain kontrak yang telah disepakati, Medco juga akan mendapatkan tambahan volume gas.
“Sebesar 64 MMSCFD untuk 2025-2042. Jangka waktu alokasi sejak 1 Januari 2023-31 Desember 2042,” ungkap Arief.
Manajemen Medco Power memutuskan akan turut mendukung program gasifikasi pembangkit. Medco Power menargetkan bisa mulai memproduksi listrik dari pembangkit gas di Pulau Sumbawa.
Direktur Utama Medco Power Indonesia, Eka Satria mengatakan potensi penggunaan gas dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) menjadi tenaga listrik cukup besar. Apalagi dengan struktur negara kepuluan LNG to Power cocok diterapkan di tanah air.
“Untuk Medco ada kebutuhan di Sumbawa, kami akan coba bawa gas dari Senoro untuk ke Sumbawa untuk dijadikan LNG to Power, sudah dapat alokasinya,” kata Eka.
Pengembangan pembangkit gas sangat prospektif. Ini bisa dilihat dari proyek yang sedang berjalan saat ini, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa I di perairan Jawa yang mendapatkan pasokan LNG, bahkan dari Papua.
“Kami percaya salah satu solusi gas to power bisa menjadi bagus di Indonesia terutam negara kepulauan. LNG to power akan jadi one of the future,” kata Eka.