REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam berbagai kritik yang bermunculan di ranah internasional terkait Hagia Sophia. Kritik itu berdatangan atas niat Turki mengubah status museum Hagia Sophia menjadi masjid.
"Gugatan terhadap negara kita tentang Hagia Sophia berarti serangan langsung terhadap hak-hak kedaulatan kita," kata Erdogan pada upacara pembukaan sebuah masjid di Istanbul, seperti dikutip dari laman Xinhua Net, Sabtu (4/7).
Rencana pemerintah Turki mengubah status Hagia Sophia telah menarik reaksi dari beberapa negara, termasuk Yunani dan Amerika Serikat. Mereka mendesak Turki untuk tetap mempertahankan status museum dan monumen bersejarah.
Pada Kamis (2/7), Dewan Negara Turki menyatakan bakal segera membuat pengumuman mengenai kepastian status Hagia Sophia, monumen ikonik yang berusia 1.500 tahun. Dewan menjanjikan kepastian akan ada dalam waktu 15 hari.
Hagia Sophia pertama kali berfungsi sebagai katedral, kemudian menjadi masjid kekaisaran Ottoman, lantas diubah menjadi museum pada 1935. Ada perubahan status atau tidak, Erdogan menjamin perlindungan untuk semua kalangan di negaranya.
"Kami akan terus melindungi hak-hak Muslim, keyakinan dominan di negara kami, dan orang-orang dari agama lain," kata Erdogan.
Sumber:
http://www.xinhuanet.com/english/2020-07/04/c_139187007.htm