Rabu 08 Jul 2020 06:30 WIB

Kekhawatiran Pendeta dengan Partai Komunis China

China wajibkan gereja nyanyikan lagu kebangsaan dan puji-puji untuk Xi Jinping.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
partai komunis cina
partai komunis cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Gereja-gereja yang dikelola Pemerintah China telah diizinkan beroperasi kembali. Hal itu menyusul telah dilonggarkannya peraturan pembatasan sosial dan karantina wilayah terkait Covid-19.

Namun, proses pembukaan kembali gereja cukup berbeda. Para jemaat harus mengikuti upacara pengibaran bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan China. Mereka pun harus memuji keberhasilan Presiden Xi Jinping dalam menangani pandemi Covid-19.

Dua Dewan Kristen Cina di Provinsi Henan dan Zhejiang serta provinsi lainnya meminta agar dalam acara pembukaan, gereja melakukan kegiatan-kegiatan demikian. Gereja Kristen Gangxi di Distrik Shunhe di Provinsi Henan, misalnya, dibuka kembali pada 14 Juni lalu setelah ditutup selama lima bulan.

“Tapi, alih-alih menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan, pemerintah meminta kita mengibarkan bendera nasional dan menyanyikan lagu kebangsaan, memuji kemenangan Xi Jinping dalam memerangi pandemi. Ini benar-benar bertentangan dengan kepercayaan kami,” kata seorang anggota jemaat Gereja Kristen Gangxi, dikutip laman Bittter Winter, sebuah majalah yang fokus pada kebebasan beragama dan hak asasi manusia di China, Senin (6/7).

Pada 13 Juni, lebih dari 20 anggota klerus Gereja Quannan, gereja Kristen terbesar di kota Quanzhou di Provinsi Fujian, melakukan hal serupa. Mereka mengadakan upacara bendera di halaman gereja.

Di bawah pengawasan pejabat dari United Front Work Departement and Religious Affairs, pastor gereja memuji prestasi Xi Jinping dalam memerangi epidemi. “Kita harus mencintai sistem sosialis dan Partai Komunis (Cina),” katanya.

Menurut seorang anggota jemaat, kegiatan seperti itu memang harus dilakukan. “United Front Work Departement and Religious Affairs menuntut mengadakan upacara pengibaran bendera dan mempromosikan patriotisme. Mulai sekarang, semua gereja harus melakukannya, atau mereka akan ditutup dan para pemimpin mereka diberhentikan,” ujarnya.

Seorang pastor dari kota Zhumadian di Provinsi Henan mengungkapkan, sebelum gerejanya dibuka kembali, dia harus menghadiri konferensi yang diselenggarakan Dua Dewan Kristen Cina setempat. Para peserta harus mempelajari pidato utama Xi Jinping tentang mencegah dan mengendalikan Covid-19.

“Pemerintah menuntut untuk mempromosikan hal-hal ini kepada jemaat setelah gereja dibuka kembali. Teks-teks ini diterbitkan dalam sebuah buklet, lebih dari 100 halaman. Para pastor terutama harus berbicara tentang kebijakan negara. Mereka yang tidak taat akan ditangkap,” kata pastor itu.

Seorang pendeta dari Seventh-day Adventist Church khawatir Partai Komunis Cina akan semakin mengintensifkan kontrol terhadap para pemeluk agama melalui pendidikan patriotik dan indoktrinasi. Tujuannya adalah untuk membuat semua orang percaya pada komunisme.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement