Jumat 10 Jul 2020 19:45 WIB

UAS: Urus Orang tapi Zalim, Hilang Pahala Sholat-Puasanya

UAS mengingatkan umat Islam untuk hidup seimbang agar tak zalim.

Rep: Ali Mansur/ Red: Nashih Nashrullah
Ustadz Abdul Somad mengingatkan umat Islam untuk hidup seimbang agar tak zalim.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ustadz Abdul Somad mengingatkan umat Islam untuk hidup seimbang agar tak zalim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ustadz Abdul Somad (UAS) menyatakan bekal manusia menghadap Allah SWT mesti ada keseimbangan. Setidaknya keseimbangan antara sholat, bekerja, dan berkeluarga. 

Sehingga dengan adanya keseimbangan itu manusia bisa selamat di dunia juga di akhirat. Hal ini disampaikan UAS saat memberikan tausiyah secara daring melalui zoom dan youtube, pada Jumat (10/9).  

Baca Juga

Menurut UAS, jika orang sibuk bekerja sampai melupakan sholat lima waktu maka perlu diingatkan. Sebab jika seseorang meninggal dunia yang dibawa adalah amalan sholat.

Sementara bekerja sendiri adalah agar bisa makan supaya bisa menunaikan sholat, juga agar dapat bersedekah. "Jadi kalau ada orang sibuk bekerja sampai lupa sholat maka sesungguhnya substansi hidup dia lupa," ujar UAS, Jumat (10/7). 

Sementara itu orang yang hanya sibuk sholat sampai melalaikan pekerjaan, menurut UAS, hal itu juga tidak dibenarkan. Jika sampai meninggalkan pekerjaannya sebagai kewajibannya karena sholat itu tidak benar secara agama. Mengingat seseorang bekerja itu mengambil upah atau gaji. 

Memang gaji adalah hak dia, tapi disamping itu ada kewajiban yaitu bekerja. Maka orang yang yang hanya mementingkan hak tidak menunaikan kewajibannya dia termasuk zalim, akan dituntut di akhirat.   

"Kalau dia bekerja yang mengurusi 15 juta orang, kalau dia zalim. Di akhirat akan dituntut 15 juta orang, habis sholatnya, habis puasanya, habis pahala khatam Alqurannya," terang dai yang baru saja meraih gelar PhD nya di Sudan tersebut. 

Selanjutnya, kata UAS, juga tidak dibenarkan jika seseorang melalaikan keluarganya. Maka sepulangnya dari bekerja, selain sholat juga jangan sampai lupa untuk memberikan perhatian kepada keluarga, baik kepada istri maupun anak-anak. Misalnya, menyempatkan diri untuk mendengar bacaan Alquran anak, menanyakan pelajar anaknya di sekolah. Karena anaklah kelak yang mentransfer doa setelah bapak atau ibunya meninggal.  

"Oleh karena itu seimbang antara tiga ini penting. Umat Islam harus bekerja,  Kau tinggalkan keluargamu, anakmu istrimu, dalam keadaan mampu, mapan itu lebih baik daripada kau tinggalkan mereka dalam keadaan miskin susah melarat," terang UAS.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement