REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh Intan Pratiwi, Antara
Pertamina memasuki era baru. Perusahaan migas milik negara itu kini memiliki perusahaan subholding yang fokus pada fungsi dan bisnis yang sama.
Menteri BUMN Erick Thohir mendorong agar ada subholding Pertamina yang melantai di bursa saham. Ercik Thohir menyebut dalam dua tahun ke depan subholding sudah bisa melantai di pasar saham.
Subholding merupakan bentuk penggabungan atau pengelompokan usaha-usaha di bawah holding Pertamina sesuai fokus bisnis dan kerjanya. Bisnis-bisnis yang punya keterkaitan disatukan.
Pertamina merupakan BUMN holding migas yang membawahi sejumlah perusahaan. Salah satu anak usaha yang telah lebih dulu melantai adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).
Pertamina menyatakan siap memasuki pasar modal. Pertamina menyebut akan melepas subholding hulu ke pasar. Sektor hulu ini mencakup bisnis Pertamina pada eksplorasi migas.
Harapannya dengan melepas subholding hulu ke publik, maka kapitalisasi pasar perusahaan migas pelat merah tersebut makin besar.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, menjelaskan salah satu tujuan Pertamina mengubah susunan organisasi adalah untuk memberikan keleluasaan bagi subholding hulu untuk menjadi perusahaan publik.
Nicke mengatakan target ini sejalan dengan tujuan Pertamina bisa masuk daftar 100 besar perusahaan terbesar di dunia.
Pertamina memastikan langkah pelepasan saham perdana ke publik ini atau IPO (initial public offering) masih dalam tahap kajian. Paling tidak akan ada dua subholding yang siap dilepas ke pasar.
Kedua subholding tersebut adalah subholding shipping (pengapalan) dan subdholding renewable energi (energi terbarukan).
"Ada subholding shipping dan new and renewable sedang dikaji, kami belum mengambil keputusan untuk itu," kata Nicke dalam rapat dengan Komisi VII DPR, Senin (29 Juni) malam.
Nicke menjelaskan langkah IPO ini perlu dilakukan untuk bisa menghasilkan market cap yang besar. Market cap yang besar ini menjadi kekuatan perusahaan untuk bisa membangun infrastruktur migas ke depannya.