Ahad 12 Jul 2020 21:43 WIB

Covid Menular Lewat Udara, Ini Kata Perhimpunan Dokter Paru

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengimbau masyarakat untuk tidak panik.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FAPSR, FISR
Foto: Republika TV/Fian Firatmaja
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FAPSR, FISR

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengimbau masyarakat untuk tidak panik, tetapi tetap waspada menyusul laporan terkait kemungkinan risiko transmisi Covid-19 melalui udara (airbone) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Masyarakat juga diingatkan untuk menghindari keramaian, baik di tempat tertutup maupun di tempat terbuka. 

"Dengan terdapatnya risiko penularan secara airborne, terutama pada ruangan tertutup, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mengimbau masyarakat tetap waspada dan tidak panik," kata Ketua Pengurus Harian PDPI DR Dr Agus Dwi Susanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad (12/7).

Baca Juga

Kemudian masyarakat juga disarankan selalu memakai masker di mana saja dan kapan saja, bahkan ketika berada di dalam ruangan.

Selain itu, PDPI juga mendorong terciptanya ruangan dengan ventilasi yang baik, dengan jendela yang dibuka sesering mungkin.

Terakhir, ia mengajak masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan tangan serta menghindari menyentuh wajah sebelum mencuci tangan dan tetap menjaga jarak pada aktivitas sehari-hari.

Ia mengatakan, WHO pada 9 Juli 2020 mengeluarkan panduan terbaru terkait transmisi SARS-CoV-2 yang memiliki perbedaan signifikan antara penularan melalui airbone dan droplet. Menurut laporan itu, penularan Covid-19 melalui airbone dapat mencapai jarak hingga lebih dari satu meter dan dapat bertahan lama di udara. 

Sedangkan penularan melalui droplet dapat terjadi dalam jarak kurang dari satu meter tetapi tidak bertahan lama di udara. Risiko tersebut, katanya, tentu sangat berimplikasi terhadap cara pencegahan dan pengendalian terhadap Covid-19 karena transmisi airbone dan droplet sangat berbeda.

Selain itu, penelitian yang dilakukan di lingkungan fasilitas kesehatan tempat pasien Covid-19 dirawat, tetapi tidak dilakukan prosedur yang menghasilkan aerosol, melaporkan keberadaan RNA SARS-CoV-2 pada sampel udara. Namun pada penelitian lain yang sama, baik di fasilitas kesehatan maupun nonfasilitas kesehatan tidak ditemukan keberadaan RNA SARSCoV-2.

Dalam sampel yang ditemukan virus, kuantitas virus yang terdeteksi dalam jumlah yang sangat kecil dalam volume udara yang besar dan satu studi menemukan virus tersebut di sampel udara dalam kondisi virus yang belum bisa bereplikasi.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement