Selasa 14 Jul 2020 08:06 WIB

Thailand Perketat Perbatasan Cegah Gelombang Kedua Covid-19

Dua warga asing diketahui positif covid-19, salah satunya melanggar aturan karantina.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Thailand memerintahkan peningkatan keamanan di perbatasan darat pada Senin (13/7). Upaya ini dilakukan setelah kekhawatiran kemungkinan lonjakan gelombang kedua infeksi virus corona, menyusul penangkapan ribuan migran ilegal dalam sebulan terakhir.
Foto: EPA-EFE/NARONG SANGNAK
Thailand memerintahkan peningkatan keamanan di perbatasan darat pada Senin (13/7). Upaya ini dilakukan setelah kekhawatiran kemungkinan lonjakan gelombang kedua infeksi virus corona, menyusul penangkapan ribuan migran ilegal dalam sebulan terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand memerintahkan peningkatan keamanan di perbatasan darat pada Senin (13/7). Upaya ini dilakukan setelah kekhawatiran kemungkinan lonjakan gelombang kedua infeksi virus corona, menyusul penangkapan ribuan migran ilegal dalam sebulan terakhir.

Juru bicara satuan tugas Covid-19, Taweesin Wisanuyothin, mengatakan, sejak awal Juni, pihak berwenang telah menangkap 3.000 pekerja migran karena berusaha masuk melalui jalan darat. Dia menyoroti regulasi yang lemah untuk kedatangan orang asing melalui udara.

Baca Juga

Pernyataan ini muncul setelah dua pengunjung asing dinyatakan positif, dengan satu melanggar aturan karantina. Pemerintah mengidentifikasi seorang awak pesawat militer Mesir berusia 43 tahun dan seorang gadis berusia sembilan tahun keluarga diplomat Sudan sebagai kasus baru yang berpotensi memicu gelombang kedua.

"Ini memperlihatkan kelemahan, tetapi belum ada kerusakan jika kita dapat mengendalikan dan memperbaiki kelemahan ini dan mengeluarkan peraturan yang lebih menyeluruh," kata Taweesin.

Awak udara dan keluarga diplomat asing adalah di antara beberapa kelompok orang asing yang diizinkan masuk ke negara itu sejak Maret. Mereka bisa masuk dengan syarat menghabiskan 14 hari di karantina.

Orang Mesir itu tiba pada 8 Juli dan menghabiskan waktu di provinsi timur Rayong sebelum pergi pada 11 Juli. Setelah tes virus menunjukan hasil positif pada 12 Juli, pihak berwenang menemukan dia telah meninggalkan hotel tempat seharusnya tinggal dalam isolasi.

Sedangkan gadis Sudan dirawat di rumah sakit pada saat kedatangan di Thailand. Namun, keluarganya diizinkan untuk melakukan karantina sendiri di kondominium Bangkok tanpa pengawasan resmi. Tidak ada laporan bahwa keluarga telah meninggalkan kediaman.

negara ini sebagian besar mencabut larangan masuknya bagi orang asing, termasuk penduduk tetap, pengunjung bisnis, dan wisatawan medis. Namun, Thailand masih melarang turis biasa dan pekerja migran.

Thailand melaporkan, tidak adanya kasus yang ditransmisikan secara lokal selama lebih dari enam minggu. Penghitungan Covid-19 di Thailand sejak Januari mencapai 3.220 infeksi dan 58 kematian saja.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement