Kamis 16 Jul 2020 10:05 WIB

Betulkah Rusia Sudah Rampungkan Uji Klinis Vaksin Covid-19?

Hasil uji klinis awal dalam skala kecil pertama menunjukkan vaksin Rusia aman.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Pembuatan vaksin. (Ilustrasi). Pada 14-15 Agustus, Rusia berencana meneruskan uji coba vaksin Covid-19 dengan jumlah relawan yang lebih banyak.
Foto: AP Photo/John Minchillo
Pembuatan vaksin. (Ilustrasi). Pada 14-15 Agustus, Rusia berencana meneruskan uji coba vaksin Covid-19 dengan jumlah relawan yang lebih banyak.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Institut Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya yang mengembangkan salah satu kandidat vaksin Covid-19 Rusia, sempat mengeklaim telah menjadi yang pertama di dunia dalam menyelesaikan uji klinis. Faktanya, mereka baru merampungkan fase pertama uji klinis Covid-19.

Relawan yang terlibat dalam uji klinis fase pertama itu sudah keluar dari rumah sakit pada Rabu (15/7). Fase tersebut berawal pada 18 Juni dengan suntikan satu dosis pada sembilan relawan dari angkatan bersenjata negara Eropa dan sembilan relawan lainnya mendapat dosis penguat harapan.

Baca Juga

Sementara itu, fase kedua telah dimulai pada Senin (13/7). Seperti semua kandidat vaksin potensial lainnya, masih diperlukan beberapa tahapan dari uji coba untuk dilakukan.

Dilansir Indian Express, itulah satu-satunya kandidat vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan di negara itu dan telah mencapai tahap uji klinis terhadap manusia.  Kandidat vaksin tersebut dikembangkan oleh Pusat Penelitian Nasional Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamalei bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan Rusia.

Fase pertama uji coba klinis ditujukan untuk menguji keamanan dan toleransi tubuh manusia terhadap vaksin dengan melibatkan sekelompok kecil sukarelawan. Dari sejumlah laporkan, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan tak ada peserta yang melaporkan keluhan serta efek samping lainnya.

"Pada Senin (13/7), kelompok kedua sukarelawan akan disuntik dengan komponen kedua vaksin Covid-19,” ujar pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.

Pada fase kedua, uji coba vaksin dilakukan untuk mengetahui efisiensi dan imunogenisitas (generasi respons imun). Dari sini, para peneliti mencoba untuk melihat apakah vaksin memicu respons kekebalan yang diinginkan pada manusia dan menentukan dosis yang sesuai untuk menghasilkan respons imunitas.

Setelah itu berhasil, uji coba fase ketiga dilakukan. Meski demikian, sampai sekarang belum ada vaksin Covid-19 untuk penggunaan skala besar yang telah disetujui dan telah melewati uji klinis fase tiga.

Sejumlah besar sukarelawan, biasanya berjumlah beberapa ribu, terdaftar untuk tahap ketiga di mana para peneliti mencoba memastikan apakah respons kekebalan yang dipicu oleh vaksin mampu melawan virus corona jenis baru dalam kehidupan nyata. Proses ini diperkirakan dapat memakan waktu beberapa bulan.

Seperti kandidat vaksin Covid-19 lainnya di dunia, keberhasilan uji coba fase kedua di Rusia diyakini dapat memakan waktu setidaknya beberapa bulan. Keberhasilan hanya bisa dipastikan setelah uji coba tahap saat ini selesai dilakukan.

Hingga sekarang, belum jelas apakah kandidat vaksin Covid-19 dari Rusia akan dapat melalui uji coba fase ketiga. Beberapa waktu lalu, kandidat vaksin yang dikembangkan di China dilaporkan telah disetujui untuk digunakan setelah melewati uji coba fase kedua.

Tetapi, diketahui uji coba tahap ketiga berikutnya akan hanya diberikan pada personel tentara seperti di Rusia. Hal ini diputuskan oleh otoritas tiap negara, apakah uji klinis fase ketiga diperlukan.

Sejauh ini, hanya dua kandidat vaksin berada dalam uji coba tahap III, yakni vaksin buatan Sinopharm China dan vaksin milik AstraZeneca bersama Universitas Oxford. Sinovac Biotech asal China akan menyusul pada Juli ini.

Terdapat lebih dari 150 kandidat vaksin untuk virus corona yang sedang dikembangkan di seluruh dunia. Hampir setengahnya dilaporkan masih dalam tahap pra-klinis, yang berarti sedang diujicoba pada hewan atau masih dalam tahap awal pengembangan.

Sekitar 15 vaksin sedang dalam uji coba fase-I dan sekitar sepuluh dalam uji coba fase-II. Tiga vaksin dalam uji coba fase-III.

Perlu diketahui, setelah berhasil menyelesaikan fase-III, biasanya dibutuhkan waktu setidaknya beberapa bulan sebelum vaksin dapat diberikan kepada masyarakat umum. Terdapat sejumlah aturan dari otoritas masing-masing negara yang mengatur hal ini.

Itulah sebabnya beberapa ilmuwan, hingga pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berpendapat bahwa dibutuhkan setidaknya 12-18 bulan sebelum vaksin COVID-19 dapat menembus pasar.

Meski demikian, vaksin tersebut kemungkinan tidak akan tersedia untuk banyak orang sekaligus. Diperkirakan vaksin pada awal akan tersedia hanya untuk orang-orang yang berisiko lebih tinggi terkena infeksi virus corona jenis baru, seperti petugas kesehatan. Imunisasi secara menyeluruh bagi masyarakat dunia dapat terlaksana dalam waktu beberapa tahun, seperti halnya dengan vaksin-vaksin lain.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement