REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan telah menemukan terobosan baru dalam membunuh sel kanker. Asam lemak atau dikenal sebagai asam dihomogamma-linolenat (DGLA) disebut dapat membunuh sel kanker pada manusia.
Studi yang dipublikasikan dalam Developmental Cell menunjukkan bahwa konsumsi asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) dihomogamma-linolenat dapat memicu ferroptosis pada hewan dan pada sel kanker manusia. Ferroptosis adalah jenis kematian sel yang bergantung pada zat besi yang ditemukan dalam beberapa tahun terakhir dan terkait erat dengan banyak proses penyakit.
“Jika Anda bisa mengantarkan DGLA tepat ke sel kanker, itu bisa memicu ferroptosis dan sel tumor bisa mati," kata Jennifer Watts, seorang profesor di Universitas Negeri Washington seperti dilansir Times Now News, Selasa (14/7).
Watts, yang telah mempelajari lemak makanan termasuk DGLA selama hampir dua puluh tahun, menggunakan nematoda Caenorhabditis elegans sebagai model hewan. Dia mengatakan, penemuan ini memiliki banyak implikasi, termasuk langkah menuju pengobatan potensial untuk kanker.
Nematoda caenorhabditis elegans adalah cacing mikroskopis yang sering digunakan dalam penelitian molekuler karena transparan dan memungkinkan para ilmuwan dengan mudah mempelajari aktivitas tingkat sel pada seluruh hewan selama masa hidup yang relatif singkat. Hasil yang ditemukan dalam sel tersebut juga sering ditransfer ke sel manusia.
Para peneliti menemukan bahwa setelah cacing nematoda diberi makanan yang sarat dengan DGLA, semua sel kuman dalam cacing dan juga sel punca yang membuat sel kuman mati. Cara sel-sel mati membawa banyak tanda ferroptosis.
Tim peneliti berkolaborasi dengan Scott Dixon dari Stanford University untuk mengetahui apakah hasilnya bisa diterjemahkan kepada sel manusia. Dixon telah mempelajari ferroptosis dan potensinya untuk melawan kanker selama bertahun-tahun.
Mengambil apa yang telah mereka pelajari dari pekerjaan nematoda, para peneliti menunjukkan bahwa DGLA dapat menginduksi ferroptosis dalam sel kanker manusia.
Para peneliti juga mengamati interaksi dengan kelas asam lemak lain, yang disebut lipid eter, yang memiliki efek perlindungan terhadap DGLA. Mereka menemukan bahwa ketika mereka mengeluarkan lipid eter, sel-sel mati lebih cepat di hadapan DGLA.
Selain itu, tim juga menunjukkan bahwa Caenorhabditis elegans dapat menjadi model penelitian hewan yang berguna dalam studi ferroptosis.