REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia memperkirakan, tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19 akan menambah jumlah penduduk miskin di dunia. Penambahannya bahkan berpotensi mencapai 120 juta orang.
Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia Marie Elka Pangestu mengatakan, permasalahan sosial tidak dapat terelakkan di tengah situasi krisis akibat pandemi, terutama terkait kemiskinan. "Bank Dunia memperkirakan, 70 juta hingga 120 juta orang di dunia akan masuk ke dalam kemiskinan," tuturnya dalam rilis virtual Laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) Juli 2020, Kamis (16/7).
Prediksi Bank Dunia terbaru lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya. Dilansir di situs resmi Bank Dunia, Kamis (11/6), pandemi Covid-19 dapat mendorong 100 juta orang ke dalam jurang kemiskinan ekstrim pada 2020. Ini terjadi jika pertumbuhan ekonomi global menyusut lebih dalam dari proyeksi minus 5,2 persen.
Sebagai dampaknya, tingkat kemiskinan ekstrim global akan meningkat dari 8,23 persen pada 2019 menjadi 8,82 persen untuk skenario baseline atau 9,18 persen untuk skenario paling parah. Menurut Bank Dunia, ini akan menjadi peningkatan ekstrim pertama terhadap kemiskinan global sejak 1998 dan menghapus kemajuan yang sudah dibuat dunia sejak 2017.
Di sisi lain, Marie menambahkan, Covid-19 dapat meningkatkan kesenjangan ekonomi. Tidak terkecuali di Indonesia yang sampai saat ini memang masih memiliki masalah mengenai gini ratio dan tingkat kemiskinan.
Guna mencegah kesenjangan ekonomi yang semakin parah, Marie menekankan, bantalan sosial yang kuat kepada kelompok-kelompok rentan miskin harus menjadi prioritas pemerintah dunia dan Indonesia sendiri. Upaya ini difokuskan untuk mencegah agar tingkat kesenjangan maupun jumlah orang miskin tidak meningkat signifikan dalam jangka panjang.
"Jadi, dibutuhkan respon kebijakan yang menyasar kelompok ini dan memastikan bahwa kesenjangan tidak semakin parah," ujarnya.
Satu hal yang juga ditekankan Marie adalah pemberian bantuan sosial secara meluas. Sebab, dampak pandemi tidak hanya dirasakan rumah tangga miskin, juga kelas menengah. Banyak juga pekerja informal yang dulu mampu, kini mengalami kesulitan.
Hanya saja, Marie mengakui, menjangkau kelas menengah dan sektor informal ini menjadi tantangan tersendiri mengingat pemerintah belum memiliki data komprehensif. Padahal, data merupakan kunci untuk dapat menargetkan bantuan lebih baik, sehingga efektivitasnya terasa di masyarakat.
Marie menambahkan, data juga mempermudah pemerintah dalam melakukan monitoring efektivitas bantuan sosial. "Apakah sudah berhasil mencapai tujuan atau belum," kata mantan Menteri Perdagangan tersebut.