Sabtu 18 Jul 2020 08:05 WIB

Utang Nyaris Tembus Rp 6.000 Triliun, Ini Saran Rizal Ramli

Rizal Ramli yakin utang Indonesia bisa dipotong hingga 20 miliar dolar AS

Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman Indonesia, Rizal Ramli (Tengah)
Foto: Republika TV/Muhamad Rifani Wibisono
Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman Indonesia, Rizal Ramli (Tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom senior Rizal Ramli memberikan saran terkait makin naiknya utang luar negeri (ULN) Indonesia. Menurut Rizal Ramli, ada banyak cara untuk mengatasi utang luar negeri yang saat ini nyaris tembus Rp 6.000 triliun.

Rizal mengatakan negosiasi dan renegosiasi atas utang luar negeri menjadi sangat penting dilakukan. Negosiasi ini bertujuan untuk memotong besaran utang.

Rizal Ramli memberi contoh saat dia menjabat sebagai menteri keuangan di era Presiden Abdurahman Wahid di mana dia melakukan langkah negosiasi untuk kurangi utang Indonesia. 

Rizal saat itu melakukan negosiasi dengan Jerman untuk mengurangi utang Indonesia. Jerman pun setuju atas pemotongan utang Indonesia dengan kompensansi Indonesia harus menyediakan lahan untuk konservasi.

Rizal kala itu mengaku bertemu dengan menteri keuangan Jerman dan tercapai kesepakatan potong utang hingga 600 juta dolar AS. Indonesia sebagai balasan menyediakan 300 ribu hektare lahan di Kalimantan buat konservasi.

Rizal Ramli kembali menyarankan pemerintah Indonesia saat ini melakukan hal yang sama, negiosiasi dengan negara-negara pemberi utang. Lobi-lobi dalam negosiasi ini diperlukan sehingga tercipta pemahaman yang sama.

Jika Indonesia sukses melakukan negosiasi dan lobi-lobi utang, Rizal yakin bisa memotong atau mengurangi utang Indonesia hingga 20 miliar dolar AS.

Ia meminta pemerintah melobi Kanada, Eropa, untuk mengurangi utang dan mengganti dengan lahan konservasi. "Bisa lebih dari 20 miliar dolar utang Indonesia bakal dipotong," kata Rizal, Jumat (17 Juli).

Bank Indonesia (BI) mengumumkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia per akhir Mei 2020. Dari laporan BI, utang luar negeri Indonesia hampir tembus Rp 6.000 triliun dengan kurs rupiah per dolar AS sebesar Rp 14.800.

Dalam penjelasan pers yang disampaikan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko disebutkan, ULN Indonesia tercatat 404,7 miliar dolar AS pada akhir Mei 2020.

Jika dirupiahkan dengan kurs 14.800 per dolar AS, total ULN Indonesia mencapai Rp 5.990 triliun atau nyaris tembus Rp 6.000 triliun. Jika pakai kurs 15 ribu per dolar AS, maka ULN tembus di atas Rp 6.000 triliun.

Onny mengatakan utang itu terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) 194,9 miliar dolar AS atau Rp 2.884 triliun dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar 209,9 miliar dolar AS atau Rp 3.106 triliun.

ULN Indonesia tersebut tumbuh 4,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2020 sebesar 2,9% (yoy). Ini dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto ULN, baik ULN Pemerintah maupun swasta. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement