REPUBLIKA.CO.ID, URUMQI -- Pemerintah China mengumumkan ibu kota wilayah Xinjiang, Urumqi, dalam status berperang karena lonjakan kasus virus corona. Para pejabat mengatakan, 17 kasus baru telah dicatat dan langkah-langkah ketat pada gerakan telah diberlakukan, Sabtu (18/7).
"Seluruh kota telah memasuki 'negara masa perang', dan akan menangguhkan semua jenis kegiatan massal," ujar pejabat setempat.
Meskipun angka penambahan tampak rendah, China telah mencatat sangat sedikit penyebaran wabah sejak Covid-19 muncul di kota Wuhan akhir tahun lalu. Bahkan, China saat ini tidak berada dalam 20 besar dalam jumlah kasus infeksi atau kematian. Menurut data penelitian universitas Johns Hopkins menyatakan 85.000 infeksi dan 4.600 kematian.
Ibu kota Daerah Otonomi yang memiliki populasi sekitar 3,5 juta jiwa ini mulai menemukan kasus baru pada 15 Juli setelah berbulan-bulan. Kondisi tersebut mendorong pembatalan hampir semua penerbangan masuk dan keluar kota. Layanan kereta bawah tanah juga ditangguhkan.
Selain itu, langkah lain untuk menahan penyebaran virus corona, pemerintah melarang perkumpulan di dalam gedung seluruh Urumqi. Kunjungan ke rumah tangga lain dibatasi dan tidak meninggalkan kota kecuali jika benar-benar diperlukan. Bagi yang harus meninggalkan wilayah itu, warga harus melakukan tes.
Dikutip dari BBC, Direktur pengendalian dan pencegahan penyakit, Rui Baoling, mengatakan kelompok utama telah terdeteksi di distrik Tianshan di Urumqi. Meskipun epidemi telah berkembang dengan cepat, dia meyakinkan, situasi dapat dikendalikan. Xinjiang pekan ini telah melaporkan 23 kasus tanpa gejala, dengan 269 orang di bawah pengamatan medis.