Ahad 19 Jul 2020 22:16 WIB

BNPB: Ada 75 Titik Pengungsian Korban Banjir Luwu Utara

Setiap titik pengungsian menampung 70 hingga 100 orang dari total 14.483 pengungsi.

Warga melewati material lumpur sambil membawa barang miliknya di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Sabtu (19/7/2020). Pasca banjir bandang sejumlah warga yang terdampak mulai mengambil barangnya yang masih bisa digunakan.
Foto: ANTARA/Abriawan Abhe
Warga melewati material lumpur sambil membawa barang miliknya di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Sabtu (19/7/2020). Pasca banjir bandang sejumlah warga yang terdampak mulai mengambil barangnya yang masih bisa digunakan.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan hingga saat ini sudah ada 75 titik lokasi pengungsian korban banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Setiap titik pengungsian menampung 70 hingga 100 orang dari total 14.483 orang pengungsi.

Sementara, jumlah korban meninggal dari peristiwa nahas yang terjadi pada Senin (13/7), BNPB mencatat sebanyak 36 orang. Namun, jumlah ini diyakini dapat bertambah lagi, karena diperkirakan masih banyak yang terendam lumpur yang belum ditemukan.

Baca Juga

"Hal ini berdasarkan data korban yang dilaporkan hilang sebanyak 67 orang," kata Raditya, Ahad (19/7).

Adapun, jumlah personel dan relawan yang terlibat membantu penanganan bencana alam banjir bandang di Luwu Utara berjumlah 1.299 orang. Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Badan Geologi, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, Agus Budianto pada kesempatan yang sama merekomendasikan tujuh langkah strategis yang harus dilakukan di lapangan.

Ketujuh poin rekomendasi itu di antaranya meminta masyarakat tidak membangun rumah atau berkumpul di sekitar aliran sungai terutama yang berhulu di daerah perbukitan yang rawan longsor. Selain itu, perlu menanam vegetasi berakar dalam dan kuat untuk menahan lereng pada bekas longsor serta untuk menahan erosi dan aliran bahan rombakan.

"Termasuk perlu melakukan penutupan retakan dengan tanah liat dan dipadatkan, hal ini untuk mengantisipasi potensi terjadinya gerakan tanah atau banjir bandang susulan," kata Agus.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement