Selasa 21 Jul 2020 10:52 WIB

Libya Memanas, Menhan Qatar dan Turki Bertemu

Hubungan Turki dan Qatar semakin erat dalam beberapa waktu terakhir.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Kota Sirte di Libya yang porak poranda karena perang.
Foto: AP
Kota Sirte di Libya yang porak poranda karena perang.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Pertahanan Qatar, Khalid bin Mohammed al-Atiyya, bertemu dengan Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar dan Menteri Dalam Negeri Libya, Fathi Bashagha di Ankara. Ketiganya membahas tentang perkembangan situasi terkini di Libya.

Seperti diketahui, pasukan pemerintahan GNA yang diakui internasional dan didukung Turki bergerak menuju Sirte, basis terakhir Jenderal Khalifa Haftar. Dikhawatirkan akan terjadi perang besar di Sirte.

Baca Juga

Kementerian Pertahanan Turki dalam pernyataannya mengatakan, Akar menyatakan ucapan terima kasih atas dukungan Qatar ke Ankara. Hubungan Ankara dan Qatar semakin dekat dalam beberapa tahun terakhir sejak Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar pada 2017.

Qatar membantu meningkatkan cadangan devisa Turki melalui kesepakatan senilai 15 miliar dolar AS yang diumumkan pada Mei. Bantuan tersebut bertujuan untuk membantu perekonomian Turki yang sedang mengalami kesulitan.

Libya telah jatuh ke dalam kekacauan sejak digulingkannya pemimpin Moammar Qadafi pada 2011. Konflik yang terjadi di Libya melibatkan dua pihak yakni Libyan National Army (LNA) yang dipimpin oleh Khalifa Haftar dan Government of National Accord (GNA) yang dipimpin oleh Fayez al-Serraj.

Turki mendukung GNA dan telah meningkatkan intervensi militernya di Libya. Pada November, Turki menandatangani pakta kerja sama militer dengan GNA. Selain itu, kedua pihak juga menandatangani kesepakatan demarkasi maritim, yang memberikan hak eksplorasi Ankara di Mediterania Timur.

Pada awal Juni Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa negaranya akan terus mendukung GNA. Intervensi Turki di Libya akan memberinya pijakan di Timur Tengah yang kaya sumber daya alam.

Sementara, Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi mengatakan bahwa negaranya memiliki hak yang sah untuk campur tangan di Libya. Dia memerintahkan militer untuk bersiap melakukan misi jika perlu. Mesir memiliki perbatasan yang panjang dengan Libya, dan mendukung LNA. Di sisi lain, hubungan Mesir dan Turki telah berada dalam ketegangan selama bertahun-tahun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement