REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pandemi Covid-19 masuki bulan kelima sejak pertama kali terdeteksi di Indonesia. Akibatnya, hampir semua sektor ikut terdampak, termasuk sektor pendidikan di perguruan tinggi karena semua aktivitas harus dilakukan daring.
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Prof Fathul Wahid mengatakan, sampai saat ini tidak ada yang tahu kapan wabah akan berakhir. Karenanya, walau harus terus berharap yang terbaik, semua harus bersiap untuk kondisi yang terburuk.
Angka kasus positif di Indonesia belum menunjukkan penurunan signifikan. Malah, worldometers.info sudah merilis perkembangan kasus positif di Indonesia yang melebihi angka positif di Cina, 84.882 per 18 Juli 2020, dan terus bergerak.
Dengan pertimbangan angka positif yang belum turun, Fathul menekankan, semua sektor memang terdampak. Tapi, ia berpendapat, yang membedakan cara merespons, yang akan pengaruhi nasib Perguruan Tinggi Swasta (PTS) pada masa mendatang.
Untuk itu, ia merasa, PTS perlu mengambil respons tepat. UII sendiri mengambil beberapa kebijakan agar tetap bisa melangsungkan kegiatan perkuliahan seperti mengganti semua aktivitas yang bersifat tatap muka kepada aktivitas daring.
"Secara garis besar, UII memanfaatkan Google Classroom untuk memfasilitasi mahasiswa. Hal ini dipilih salah satunya dengan pertimbangan infrastruktur yang sudah tersedia dari Google, sehingga kampus tidak perlu memikirkannya," kata Fathul, dalam webinar yang digelar UII dan Unissula.
UII turut meringankan beban UKT mahasiswa dari yang tidak terdampak hingga terdampak besar. Bagi mahasiswa tidak terdampak 10 persen, 15 persen bagi terdampak ringan, 20 persen terdampak sedang dan 25 persen terdampak berat.
Berbeda, Unissula lebih memanfaatkan Learning Management System (LMS) yang dilengkapi fasilitas penyampaian materi, latihan terbimbing, latihan mandiri dan evaluasi, serta fasilitas pengelolaan administrasi dan manajemen.
Aktivitas pembelajaran tatap muka memang masih dirasa lebih efektif. Apalagi, pembelajaran daring miliki masalah seperti kesenjangan akses internet, soal kapabilitas pemakaian teknologi, minimnya kendali dosen dan pendidikan sikap.
Selain itu, pembelajaran daring sebabkan pergeseran prioritas dari kualitas akademik dan keberlangsungan organisasi, kini lebih ke keselamatan jiwa dan keberlangsungan akademik. Kesenjangan internet akses dirasakan pula Unissula.
Rektor Unissula, Drs Bedjo Santoso menuturkan, lewat diagram data persentase terbesar masalah jaringan internet mahasiswa yang tidak memadai. Praktek seperti koas oleh mahasiswa kedokteran ikut jadi aktivitas yang tuai masalah.
Sebab, kata Bedjo, kuliah praktik sangat bergantung kepada mitra kerja. Untuk itu, kampus akan sangat mempertimbangkan kesepakatan dari ketiga belah pihak, yaitu komitmen penerapan protokol kesehatan yang ketat dari mitra kerja.
"Kemudian, regulasi kampus yang berlaku di tengah pandemi, serta izin orang tua mahasiswa," ujar Bedjo dalam webinar bertajuk Strategi Pengelolaan Perguruan Tinggi Swasta pada Masa Pandemi Covid-19 tersebut.
Tidak cuma Unissula, kondisi ini dirasakan pula UII. Bahkan, terdapat empat orang tua atau wali mahasiswa yang tidak menyetujui kegiatan praktek dilakukan di rumah sakit dan lebih memilih menunda kegiatan tersebut.