Kamis 23 Jul 2020 17:47 WIB

Harus Seperti Apa Peran Keuangan Syariah di Masa Pandemi?

Upaya pemulihan oleh sektor ekonomi syariah harus ditata dengan baik.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Foto: Antara/Ampelsa
Menteri Keuangan Sri Mulyani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor keuangan syariah perlu strategi untuk menghadapi tantangan Covid-19. Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Sri Mulyani menyampaikan industri syariah diharapkan terus memperbaiki diri dan tingkatkan peran di sektor riil agar terjadi efek beruntun yang lebih kontributif.

"Lembaga keuangan syariah perlu tingkatkan strategi dalam menghadapi kondisi dengan eskalasi risiko tinggi ini," katanya dalam webinar series IAEI: Strategi Pengelolaan Risiko Pembiayaan Syariah Pasca Covid-19, Kamis (23/7).

Baca Juga

Upaya pemulihan oleh sektor ekonomi syariah harus ditata dengan baik sehingga kepercayaan masyarakat jadi makin kuat. Sri juga menekankan perlunya upaya untuk terus menunjukkan keunikan skema syariah, yang inklusif, adil, transparan, punya tingkat kepercayaan dan kepastian tinggi.

Inovasi model bisnis dalam bentuk produk juga tetap perlu terus dikembangkan disertai edukasi dengan berbagai elemen risikonya. Sehingga label syariah bisa identik dengan kepercayaan dan keamanan.

"Ini tantangan berat memang, saya berharap instrumen dengan fungsi sosial dan nilai yang makin baik untuk tata kelola syariah," katanya.

Sri menyampaikan dampak Covid-19 terhadap lembaga keuangan syariah juga cukup signifikan. Seperti pada pasar modal syariah yang sempat meluncur ke level 400 untuk Jakarta Islamic Index (JII) namun telah kembali rebound ke level 500. Ini berpengaruh pada sektor asuransi syariah yang banyak menggantungkan investasi di sana.

Sebanyak 82,2 persen atau Rp 39,8 triliun dari industri takaful diinvestasikan di berbagai instrumen pasar modal. Seperti saham syariah, sukuk dan reksadana. Dampak pada sektor perbankan syariah juga dirasakan dari pertumbuhan yang melandai.

Pembiayaan bank syariah mayoritas disalurkan ke sektor yang bukan lapangan usaha. Seperti pemilik rumah tempat tinggal sebesar Rp 83,7 triliun, peralatan rumah tangga lain, termasuk multiguna sebesar Rp 53,8 triliun. Pembiayaan di sektor lapangan usaha seperti perdagangan besar dan eceran mencapai Rp 37,3 triliun, konstruksi Rp 32,5 triliun, dan industri pengolahan Rp 27,8 triliun.

Di sektor pendanaan syariah, Sri menargetkan untuk penerbitan project financing tahun 2020 naik Rp 27,3 triliun dari capaian Rp 118,26 triliun pada 2019.  SBSN sejak pertama diluncurkan telah membiayai berbagai proyek infrastruktur seperti revitalisasi asrama haji, kampus, jembatan, jalan tol, taman nasional, jalur kereta di 34 provinsi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement