REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Sudan menemukan kuburan massal berisi 28 jenazah perwira yang dieksekusi tahun 1990. Jaksa umum mengatakan para perwira itu tampaknya merencanakan kudeta terhadap mantan Presiden Omar al-Bashir.
Para perwira tersebut dieksekusi dalam keadaan mistis setelah sidang cepat yang dilakukan satu tahun usai Bashir berkuasa melalui kudeta militer tahun 1989. Lokasi kuburan itu tidak ungkapkan selama berpuluh-puluh tahun.
"Jaksa penuntut berhasil menemukan kuburan massal yang data menunjukkan tampaknya kuburan tempat jenazah perwira yang dibunuh dan dikubur dengan cara yang brutal," kata jaksa penuntut dalam pernyataannya, Jumat (24/7).
Dalam pernyataan itu jaksa menambahkan setelah bekerja keras selama tiga pekan akhirnya tim berisi 23 pakar menghasilkan kesimpulan tersebut. Penyelidikan dan tindakan forensik di kuburan itu akan dilanjutkan.
Jaksa memastikan pada keluarga para perwira yang dieksekusi 'kejahatan semacam ini tidak akan lolos di pengadilan'. Pada Selasa (21/7) lalu Bashir hadir dalam sidang mengenai kudeta yang ia lakukan tahun 1989. Jika dinyatakan bersalah, Bashir dapat dihukum mati.
Hingga kini pengacara Bashir belum dapat dimintai komentar. Mantan diktator yang berkuasa selama 30 tahun di Sudan itu digulingkan pada April 2019 lalu. Setelah rakyat negara Afrika itu menggelar unjuk rasa selama berbulan-bulan.
Awal bulan ini media-media Sudan melaporkan jaksa mewawancarai Bashir mengenai eksekusi 1990. Jaksa belum mengomentari hal tersebut. Bulan lalu jaksa Sudah juga mengumumkan kuburan massal di timur Khartoum.
Kuburan itu diduga berisi jenazah mahasiswa yang dibunuh tahun 1998 karena mencoba kabur dari kamp pelatihan militer. Pada Desember tahun lalu, Bashir sudah divonis dua tahun penjara atas dakwaan korupsi.
Ia juga menghadapi banyak sidang dan penyelidikan mengenai pembunuhan pengunjuk rasa. Mahkamah Pidana Internasional yang sudah mengeluarkan surat penangkapan tahun 2009 dan 2010 juga ingin membawanya ke pengadilan atas dakwaan genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan di wilayah Darfur.