REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Delegasi Iran pada Rabu (29/7) akan mendatangi Ukraina untuk pembicaraan soal kompensasi bagi pesawat Ukraina International Airlines yang ditembak jatuh di ibu kota Teheran pada 8 Januari.
Delegasi Iran datang atas permintaan pihak Ukraina untuk melakukan pertemuan pada 29-30 Juli untuk membahas soal kompensasi korban pesawat yang ditembak jatuh. Jumlah kompensasi akan ditentukan dalam negosiasi itu.
Boeing 737-800 milik maskapai Ukraina jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini Teheran. Insiden itu terjadi hanya beberapa jam setelah Korps Garda Revolusi Islam Iran meluncurkan puluhan rudal balistik yang menargetkan pasukan AS di Irak sebagai pembalasan atas pembunuhan Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds Iran.
Sekitar 176 orang tewas dalam kecelakaan itu, termasuk warga Iran, Kanada, Ukraina, Swedia, Afghanistan, Jerman, dan Inggris. Setelah beberapa waktu Iran pun mengakui bahwa pesawat Ukraina "secara tidak sengaja" terkena rudalnya.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, pejabat tinggi militer mengatakan sebagai akibat dari "kesalahan manusia", pesawat itu secara tidak sengaja ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara ketika sedang melewati "titik militer yang sensitif". Iran mengatakan waspada terhadap kemungkinan ancaman AS menyerang banyak titik di Iran setelah meluncurkan selusin rudal balistik yang menargetkan pasukan AS di Irak.
Di bawah kondisi-kondisi sensitif dan krisis ini, pesawat itu mendekati pusat militer Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) yang rapuh, dan ketinggian serta sikapnya tampak bermusuhan, kata dia. Pesawat yang dimaksud tidak sengaja ditargetkan dalam kondisi ini.
"Investigasi internal Angkatan Bersenjata telah menyimpulkan bahwa misil ditembakkan karena kesalahan manusia, menyebabkan jatuhnya pesawat Ukraina dan kematian 176 orang tak bersalah," kata Presiden Hassan Rouhani.