REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dahnil Anzar Simanjuntak, Peneliti Senior Institute Kajian Strategis UKRI
Tema ‘’Potensi Pertahanan dan Infiltrasi Budaya Asing melalui Film di Indonesia’’ yang disodorkan ke penulis dalam diskusi LSF pada Kamis, 23 Juli 2020, sangat menarik. Mengingat ancaman pertahanan tak hanya bersifat militer, tapi juga nonmiliter.
Bagian dari ancaman non militer itu terkait budaya. Perang budaya ini sangat lembut sehingga pihak yang ditaklukkan tak merasa kalah, malah sering kali justru menikmati. Apalagi, kalau menggunakan media film. Karena sifat dasarnya adalah menghibur.
Karena itu, film sebagai media komunikasi audio visual efektif sebagai "senjata perang" atau alat diplomasi budaya. Sebagai negara adidaya, AS melakukan propaganda untuk menunjukkan kedigdayaan kepada dunia, termasuk lewat industri film Hollywood.
Penguatan jati diri untuk membentengi diri dari infiltrasi budaya asing, semakin mendesak kalau mengacu Indeks Ketahanan Nasional 2019. Dari delapan bidang pendekatan Ketahanan Nasional, unsur sosial budaya skornya terendah 2,3, kategori kurang tangguh.
Kurang tangguh menandakan, keuletan dan ketangguhan bangsa berada pada posisi lemah. Dalam jangka pendek, negara dapat bertahan dari berbagai tantangan, ancaman, halangan, dan gangguan. Bila tidak ada perbaikan signifikan, dalam jangka panjang stabilitas nasional akan goyah.