REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL - -Juergen Klopp angkat bicara soal kesehatan mental bersama Andy Robertson, dalam film serial the Heads Up. Manajer Liverpool itu menggelar sesi wawancara dengan bek kirinya tersebut, membicarakan topik seperti bagaimana melalui masa karantina selama lockdown dan masalah kesehatan mental saat kompetisi kembali dimulai.
Bintang Liga Primer Inggris lainnya, seperti Jesse Lingard, Ilkay Guendogan dan Phil Foden juga ambil bagian dalam seri enam bagian bertajuk #SoundofSupport. Bagian ini semacam ngobrol blak-blakan, yang ikut mendukung kampanye yang dipelopori Pangeran William, Duke of Cambridge, dengan tujuan menggunakan kekuatan dan pengaruh sepak bola, untuk perubahan kesehatan mental.
Pembicaraan Klopp dan Robertson digelar jelang final Piala FA antara Arsenal dan Chelsea di Wembley, akhir pekan ini. Pembicaraan didedikasikan untuk kesehatan mental, yang diprediksi jadi masalah berkelanjutan akibat pandemi Covid-19. Final Piala FA tahun ini juga diberi embel-embel Heads Up di depannya.
Klopp mengaku, ada saat-saat di masa karantina, itu jadi kemunduran yang tepat dari semua impian klub. Bukan hanya untuk Liverpool, kemunduran itu juga dialami semua klub dan orang lain. Oleh karena itu, lanjut dia, penting untuk bisa saling menenangkan satu sama lain. Ia menilai, tak ada masalah kecil atau besar, yang tidak bisa dibicarakan.
"Ini (kampanye) membantu jika Anda tidak merasakan semua beban di pundak Anda sendiri. Jika Anda memiliki sekelompok teman dan Anda dapat menciptakan suasana seperti ini, itu membantu," jelas Klopp, dikutip dari Daily Mail, Kamis (30/7).
Robertson, yang didatangkan Klopp dari Hull City pada 2017, kini berkembang jadi salah satu bek kiri terbaik di Eropa. Namun, ia mengaku merasa sulit untuk terbuka setelah menjadi pemain profesional. Ia mengaku, baru membuka diri selama dua tahun terakhir dan punya anak. Sebelumnya, Robertson mengatakan selalu menolak hubungan dengan dunia luar.
"Saya pikir masalah saya adalah milik saya. Saya pikir secara mental sudah jauh lebih mudah, karena telah sudah lebih terbuka dan itu sesuatu yang saya harap lakukan sebelumnya," kata Robertson.
Ia juga menyinggung momen ketika bibinya meninggal pada pengujung 2014 saat ia masih memperkuat Dundee United. Robertson merasa sangat kehilangan karena bibinyalah yang mendukung penuh dia menjadi pesepak bola profesional. Saat banyak orang ragu, termasuk orang tuanya sendiri, Robertson masih mengingat ucapan bibinya kepada ibunya bahwa ia akan jadi pesepak bola hebat suatu saat. "Itu sesuatu yang selalu membekas buatku sampai sekarang," kata Robertson.
Ia merasa ada sesuatu yang hilang saat bibinya tak sempat menyaksikannya mengangkat trofi Liga Champions dan Liga Primer Inggris bersama Liverpool.
Sementara Klopp bercerita tentang ayahnya yang meninggal saat ia baru memulai karier sebagai pelatih. Klopp merasa ada yang kurang karena ayahnya tak sempat menyaksikan anaknya sukses menjadi pelatih top berkat didikannya.