Kamis 30 Jul 2020 21:16 WIB

UMKM Jadi Kunci Kebangkitan Ekonomi Usai Pandemi Covid-19

Aksi kolektif berbagai sektor sangat dibutuhkan untuk mendukung kebangkitan UMKM.

Webseries IBCSD untuk pilar ekonomi yang berfokus pada UMKM, dan berjudul ”SMEs and Ways to Economic Recovery”, Kamis (30/7).
Foto: Istimewa
Webseries IBCSD untuk pilar ekonomi yang berfokus pada UMKM, dan berjudul ”SMEs and Ways to Economic Recovery”, Kamis (30/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan ujung tombak perekonomian nasional. Kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia terus meningkat sampai sekitar 60 persen di masa pra pandemi.

Penyerapan tenaga kerja oleh UMKM juga sangat tinggi dan terus bertumbuh mencapai 96,99–97,22 persen dengan jumlah pelaku UMKM mencapai 62 juta atau sekitar 98 persen dari pelaku usaha nasional. Pemerintah sejak awal pandemi telah menempatkan UMKM sebagai prioritas utama penerima manfaat dalam pemulihan ekonomi nasional.

UMKM memang merupakan sektor yang paling terpukul oleh dampak pandemi Covid-19. Berdasar survei terhadap 202 pelaku usaha roti, biscuit, cake, jajanan pasar, mie, pancake dan pastry di Surabaya dan Jakarta, disebutkan bahwa sekitar 94 persen terdampak oleh Covid-19.

Dalam webseries IBCSD untuk pilar ekonomi yang berfokus pada UMKM, dan berjudul ”SMEs and Ways to Economic Recovery”, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam keynote speechnya yang diwakili oleh Staf Khusus Menteri Bidang Ekonomi Kreatif Fiki Satari menyatakan ada 123,46 triliun dana yang disiapkan untuk UMKM dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). "Per 30 Juli 2020, dana tersebut sudah terserap 22,57 persen atau sebesar Rp 27,86 triliun," kata Fiki, berdasarkan rilis yang diterima, Kamis (30/7).

Peran penting UMKM dalam perekonomian nasional mencerminkan peran penting UMKM dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia. UMKM dapat menjadi garda paling depan dalam pencapaian pilar ekonomi SDGs dengan penciptaan lapangan kerja, penciptaan kondisi kerja yang layak, inovasi bisnis, adaptasi dan mitigasi dampak negatif ekonomi, sosial dan lingkungan pada operasi bisnis untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Aksi kolektif berbagai sektor sangat dibutuhkan untuk mendukung kebangkitan UMKM yang sangat terpukul oleh dampak pandemi Covid-19. Dalam hal ini, sektor bisnis  dapat menjadi motor untuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

Sektor bisnis mempunyai kemampuan untuk mencari solusi melalui teknologi, inovasi dan investasi. Sektor bisnis juga dapat berperan untuk mengatasi dampak negatif pada lingkungan dan sosial melalui rantai nilai dan rantai pasok operasi bisnis mereka. Hingga kini, sektor bisnis juga telah mengambil bagian untuk mengembangkan UMKM demi pencapaian SDG's.

“Sebagai contoh, salah satu anggota kami Grup APRIL memberdayakan komunitas lokal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelatihan keterampilan pertanian berkelanjutan dan modern kepada petani-petani desa dalam program One Village One Commodity (OVOC)”, ujar Sihol Aritonang selaku Chairman IBCSD.

Diketahui, Grup APRIL bekerjasama dengan komunitas desa untuk memilih produk yang sesuai untuk menjadi spesialisasi wilayahnya, kemudian memberikan pelatihan tentang metode pertanian modern. Selain Grup APRIL, PT HM Sampoerna Tbk telah membangun pusat pelatihan kewirausahaan seluas 27 hektar bernama ’Sampoerna Entrepreneurship Training Center’ (SETC) yang berlokasi di Pandaan, Jawa Timur.

SETC terbuka bagi masyarakat umum serta pelaku-pelaku UMKM dan menyediakan dukungan berupa pelatihan tanpa dipungut biaya, akses ke pasar serta pemanfaatan teknologi. Sejak didirikan pada tahun 2007, SETC telah melatih lebih dari 65 ribu orang dan dikunjungi lebih dari 110 ribu orang.

Kemudian, PT L’Oreal Indonesia juga membantu salon-salon binaan untuk kembali berbisnis di tengah normal baru ini. Hadir sebagai pembicara pada webinar kali ini, Ir. Ahmad Dading Gunadi, MA, Direktur Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi, BAPPENAS; Melanie Masriel, Communications, Public Affairs and Sustainability Director, PT L'Oréal; serta Arga Prihatmoko, Manager Regional Engagement & Sustainability, PT HM Sampoerna. Selain itu, pelaku UMKM juga dihadirkan sebagai penanggap.

Webinar kali ini merupakan rangkaian ketiga dari Webseries SDGs IBCSD yang berlangsung sejak Juni hingga Agustus 2020 mendatang. Webseries ini masih akan berlanjut dengan webinar untuk SDGs pilar lingkungan pada tanggal 13 Agustus 2020.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement