REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD- Irak menyampaikan bahwa anak-anak Yezidi yang selamat dari Negara Islam Irak Suriah (ISIS) menghadapi krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Hampir 2.000 anak-anak Yezidi yang telah kembali ke keluarga mereka setelah ditahan kelompok bersenjata yang menamakan dirinya ISIS.
Kini mereka sedang menghadapi krisis kesehatan fisik dan mental. Hal tersebut disampaikan Amnesty International dalam sebuah laporan baru yang diterbitkan Kamis (30/6).
Amnesty International mengunjungi Wilayah Kurdistan Irak dari 17 hingga 27 Februari 2020, dan mewawancarai 29 orang yang selamat yang ditangkap oleh ISIS saat masih anak-anak. Mewawanarai juga 25 anggota keluarga yang merawat anak-anak yang selamat dan 69 ahli dan pejabat, termasuk dokter, psikoterapis, anggota staf LSM, pejabat PBB, dan pejabat pemerintah.
Catatan, nama-nama narasumber telah diubah untuk melindungi identitas mereka yang diwawancarai, dalam Laporan 'Legacy of Terror: Nasib Anak Yezidi yang selamat dari ISIS'.
Laporan juga membahas kebutuhan mendesak untuk mengakhiri pemisahan paksa perempuan dan anak-anak mereka yang lahir dari kekerasan seksual oleh anggota ISIS.
Antara 2014 dan 2017, ISIS melakukan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan melakukan apa yang digambarkan PBB sebagai genosida terhadap komunitas Yezidi di Irak.
Laporan setebal 57 halaman itu mengungkapkan tantangan seberapa besar tantangan yang kini dihadapi oleh sekitar 1.992 anak-anak yang telah kembali ke keluarga mereka. Sebelumnya anak-anak itu diculik, disiksa, dipaksa untuk berperang, diperkosa, dan mengalami berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang menghebohkan lainnya oleh ISIS.
"Sementara mimpi buruk masa lalu mereka telah surut, kesulitan tetap ada untuk anak-anak ini, setelah mengalami kengerian perang pada usia yang sangat muda, mereka sekarang membutuhkan dukungan mendesak dari otoritas nasional di Irak dan masyarakat internasional untuk membangun masa depan mereka," kata Deputi Direktur Crisis Response Amnesty International-Masalah Tematik, Matt Wells, dilansir dari laman Amnesty, Ahad (2/8).
Mereka yang selamat dari kejahatan yang mengerikan, anak-anak ini sekarang menghadapi teror yang menghantui. Kesehatan fisik dan mental mereka harus menjadi prioritas di tahun-tahun mendatang jika mereka ingin kembali sepenuhnya ke keluarga dan komunitas mereka.
Banyak anak yang selamat telah kembali dari penangkaran ISIS. Mereka mengalami cedera jangka panjang, penyakit atau gangguan fisik. Kondisi kesehatan mental yang paling umum dialami anak-anak ini termasuk stres pasca-trauma, kecemasan dan depresi. Gejala dan perilaku yang sering ditampilkan mereka di antaranya agresi, kilas balik, mimpi buruk, penarikan diri dari situasi sosial, dan perubahan suasana hati yang parah.