REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Menteri luar negeri Iran dan Uni Emirat Arab (UEA) telah mengadakan pembicaraan yang sangat langka, Ahad (2/8). Pembicaraan keduanya membahas tentang beberapa masalah bilateral dan regional, termasuk penyebaran virus corona di Timur Tengah.
Dalam sebuah panggilan video call, Menteri Dalam Luar Iran Mohammad Javad Zarif dan Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed al-Nahyan saling bertukar ucapan Idul Adha. Laporan kantor berita UEA WAM al-Nahyan mengatakan, kedua negara negara perlu memperkuat kerja sama bilateral sebagai kunci penting dalam menangani Covid-19.
Zarif mengatakan dalam unggahan Twitter bahwa pertemuan virtual itu merupakan percakapan yang sangat substantif, juju,r dan ramah untuk masalah pada Covid-19. Keduanya akan membahas situasi bilateral, regional, dan global.
"Kami sepakat untuk melanjutkan dialog tentang tema harapan, terutama karena kawasan menghadapi tantangan berat dan pilihan yang lebih sulit di depan," kata Zarif.
Dikutip dari Aljazirah, Iran telah lama berselisih dengan UEA dan Arab Saudi, sekutu Teluk Arab untuk Amerika Serikat (AS). Ketegangan selama puluhan tahun antara Washington dan Teheran telah meningkat sejak 2018, ketika Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada 2015. Keputusan ini menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan ekonomi Iran.
Washington menyalahkan serangkaian serangan terhadap kilang minyak di Teluk tahun lalu kepada Iran. Namun, UEA tidak secara terbuka meminta pertanggungjawaban kepada negara tertentu.
Kedua menteri juga mengadakan panggilan telepon pada Maret untuk menunjukkan dukungan UEA untuk Iran selama wabah virus corona. Sejauh ini Iran telah melaporkan lebih dari 309 ribu kasus yang dikonfirmasi dan 17 ribu kematian. Sementara UEA telah mencatat hampir 61 ribu infeksi dan 351 kematian akibat Covid-19.