Selasa 04 Aug 2020 20:08 WIB

Pemkot Luruskan Pernyataan Risma Soal Surabaya Zona Hijau

Warna hijau dimaksud adalah reproduksi efektif Covid-19.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Teguh Firmansyah
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Foto: Antara/Didik Suhartono
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita mengklaim selama dua pekan terakhir, angka reproduksi efektif (RT) Covid-19 di Kota Pahlawan terkendali. Dari semula RT Covid-19 Surabaya berwarna merah, kemudian berangsur kuning, dan dalam dua pekan terakhir berubah menjadi hijau. Febria menegaskan, perubahan warna yang dimaksud bukanlah pada zona, melainkan warna RT tersebut.

Febria menjelaskan, warna hijau tersebut karena selama 14 hari terakhir, tepatnya mulai 21 Juli-3 Agustus, RT di Surabaya kurang dari angka satu. Artinya, kata Febria, penularan Covid-19 di Surabaya sudah dapat dikendalikan.

Baca Juga

 

“Ingat lho yaa, saya tidak bicara zona. Tetapi bicara RT yang sudah hijau dengan penularan kasus yang sudah dapat dikendalikan. Atau teorinya penyakit kemungkinan akan hilang dari populasi. Jadi, sekali lagi angka RT di Surabaya sudah berwarna hijau,” kata Febria di Balai Kota Surabaya, Selasa (4/8).

 

Febria menjelaskan, dalam menentukan RT, terdapat tiga simbol warna yang digunakan untuk menggambarkan angka penularan kasus. Warna merah artinya angka penularan di atas satu, dan penyakit akan semakin menyebar dan jadi wabah di populasi.

Kedua, warna kuning yang artinya penularan sama dengan satu dan penyakit akan konstan ada, tidak bertambah dan tidak berkurang di populasi, sehingga menjadi endemis. Ketiga, warna hijau yang artinya nilai penularan di bawah satu dan penyakit dapat terkendali. “Nah, Surabaya sudah warna hijau dan artinya penyakit sudah terkendali,” kata Febria.

 

Febria mengatakan, angka RT tersebut dihitung dengan dasar data onset mulai 26 Februari-3 Agustus 2020 atau setara dengan 160 hari. Febria menerangkan, pada 21 Maret–23 Mei atau bertepatan pada PSBB tahap satu dan dua, RT Surabaya berwarna merah.

Kemudian pada 24–25 Mei membaik menjadi kuning. Berikutnya, pada 26 Mei–4 Juni berubah menjadi warna hijau. Selanjutnya pada 5–6 Juni 2020 berubah menjadi kuning dan pada 7 Juni berwarna merah. “Lalu 8–10 Juni masuk warna kuning. Pada 11-12 Juni berwarna merah. Kemudian 13-15 Juni kembali berwarna kuning. Terus begitu, berubah-ubah sangat dinamis. Tetapi yang paling lama warna hijau ini adalah dua minggu terakhir, semoga bisa konsisten,” ujar Febria.

 

Febria mengatakan, tes swab dan rapid test yang massif, berperan dalam penurunan angka penularan. Sebab, ketika tes itu dilakukan, pasti dapat mempercepat deteksi dini atau penemuan dini pasien terkonfirmasi. Sehingga setelah diketahui hasilnya, Pemkot bergerak cepat dan melakukan karantina pasien tersebut agar tidak sampai menular kepada anggota keluarganya.

 

“Bukan berarti itu jelek lho ya. Dengan banyaknya kita menemukan yang reaktif itu, maka berarti kita bisa lebih cepat memisahkan. Kita bisa deteksi dini dari awal untuk memisahkan pasien konfirm agar dia tidak tertular dengan keluarganya dan teman-temannya,” kata Febria.

 

Febria berharap, RT tersebut dapat terus terkendali, meskipun terkadang data tersebut bergerak sangat dinamis. Oleh karena itu, kata Febria, dibutuhkan peran masyarakat untuk terus disiplin terhadap protokol kesehatan.

Ahli Epidemiolog Dinkes Kota Surabaya, Rosita Dwi Yuliandari mengatakan, indikator angka RT ini merupakan indikator utama untuk bisa tahu apakah pandemi terkendali atau tidak. Ia pun menegaskan dari hari ke hari pihak Dinkes terus memantau kondisi tersebut.

 

“Pantauan secara berkala dilakukan dan dimonitoring prrubahannya dalam 14 hari terakhir sesuai masa inkubasi 14 hari penyakit Covid-19 ini. Makanya, kita pantau terus dan nanti akan kita kolaborasikan untuk menjadi bahan evaluasi dan monitoring kami untuk pemantauan pengendalian kasus tersebut,” kata dia.

Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menggelar video conference (vidcon) dengan para pedagang serta perwakilan masyarakat yang tinggal di wilayah Kecamatan Gunung Anyar pada Sabtu (1/8). Dalam kesempatan itu, Risma membahas penurunan penyebaran Covid-19 di Kota Pahlawan khususnya kawasan Gunung Anyar.

Risma mengatakan, saat ini kondisi Surabaya sudah lebih baik dari sebelumnya. Hal itu diungkapkannya berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bahwa wilayah Surabaya tingkat penularannya sudah menurun dengan kesembuhan yang kian meningkat. Risma bahkan tak ragu menyebut Surabaya sudah hijau, meski tidak secara tegas menyebutnya sebagai zona hijau Covid-19. “Dimana kondisi Surabaya sudah hijau yang artinya penularannya kita sudah rendah. Lalu yang sembuh sudah banyak,” kata Risma.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement