Rabu 05 Aug 2020 14:56 WIB

PLN: 7.946 MW Pembangkit Listrik EBT Sudah Beroperasi

Pemanfaatan pembangkit EBT meningkat dari 12,36 persen menjadi 14 persen.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Energi Terbarukan
Foto: energy.gov
Energi Terbarukan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) terus meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan. Hingga bulan Juni 2020, kapasitas pembangkit EBT di Indonesia sebesar 7.964 megawatt (MW).

“Kami komitmen untuk terus meningkatkan penggunaan pembangkit EBT yang ramah lingkingan. Ini adalah tanggung jawab dan upaya PLN untuk menjaga generasi mendatang," tutur Direktur Mega Project PLN, Ikhsan Asaad, Rabu (5/8).

Baca Juga

Dari sisi bauran energi, pemanfaatan pembangkit EBT juga meningkat dari 12,36 persen pada Januari 2020 menjadi 14 persen pada Juni 2020.

Pembangkit EBT di dominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yaitu sebesar 4.707 MW atau 7,5 persen dari total bauran energi pembangkit dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 3,9 MW atau 3,9 persen dari total energi pembangkit.

Peningkatan EBT juga menjadi bagian transformasi PLN. Melalui salah satu aspirasi utama, yaitu green, PLN memiliki beberapa strategi untuk mendorong penggunaan energi baru terbarukan, yaitu dengan co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang telah beroperasi, program konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menjadi Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biomassa, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung dengan memanfaatkan bendungan-bendungan yang sudah ada untuk membangkitkan listrik.

“Kita terus melakukan inovasi untuk mendorong EBT. Kita optimalkan potensi potensi yang ada," jelas Ikhsan.

Selain itu, Co-firing juga dikembangkan oleh PLN di beberapa PLTU, seperti PLTU Paiton berkapasitas 2x400 MW menggunakan olahan serbuk kayu, PLTU Ketapang berkapasitas 2x10 MW dan PLTU Tembilahan berkapasitas 2x7 MW menggunakan olahan cangkang sawit. Co-firing dilakukan dengan mencampurkan olahan tersebut sebesar 5 persen dari total kebutuhan bahan bakar, Sementara untuk konversi dari PLTD ke PLT Biomassa, PLN mencatat terdapat 1,3 Gigawatt PLTD yang dapat dikonversi menjadi PLT Biomassa.

PLN juga mendorong pembangunan PLTS Terapung berkapasitas besar dengan memanfaatkan bendungan-bendungan yang ada di Indonesia. Sebagai contoh, pada Januari 2020, PLN telah menandatangani kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan Konsorsium PT PJBI-Masdar untuk membangun PLTS Terapung di Cirata, Jawa Barat dengan total kapasitas mencapai 145 MW. Pembangunan PLTS ini akan dimulai pada awal 2021 dan akan menjadi PLTS Terapung terbesar di Asia Tenggara.

“PLTS Terapung Cirata sangat murah, hanya 5,8 sen dolar AS per kWh. Kami berusaha ke depan akan mendorong pembangkit seperti ini dan pastinya dengan harga yang lebih murah,” tambah Ikhsan.

Saat ini, PLN juga tengah mengembangkan Renewable Certificate Energy (REC). REC akan ditawarkan kepada pelanggan yang memiliki komitmen penggunaan EBT dimana setiap penggunaan 1 MWH EBT akan mendapatkan 1 unit REC.

Selain penyediaan listrik melalui pembangkit EBT, PLN juga menyiapkan infrastruktur untuk mendukung kehadiran kendaraan listrik, PLN telah melakukan inovasi menghadirkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listirik Umum (SPKLU).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement