REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemkab Sleman menggelar sosialisasi listrik bagi masyarakat. Selain manfaat, turut diberikan edukasi terkait ancaman-ancaman bahaya dalam listrik yang memiliki potensi-potensi ancaman terhadap keselamatan jiwa masyarakat.
Manajer PLN Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) Yogyakarta, Abdul Rahman Budi Setyo mengatakan, listrik memegang peranan sangat penting dalam meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Tidak cuma untuk kegiatan ekonomi.
Ada pula kegiatan-kegiatan pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Tapi, arus listrik yang menjadi hajat hidup orang banyak ini sering mengalami gangguan yang tidak cuma kesalahan teknis, tapi dikarenakan ulah masyarakat sendiri.
"Gangguan listrik 70 persen dikarenakan faktor sosial dan hanya 30 persen disebabkan faktor peralatan," kata Abdul di Ruang Sembada Sekda Kabupaten Sleman Rabu (5/8).
Ia mengungkapkan, salah satu penyebab gangguan itu merupakan penanaman pohon keras dan tinggi yang berpotensi menyentuh konduktor (ruang bebas). Ada pula bangunan yang terlalu dekat dengan jaringan-jaringan listrik.
Baik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) maupun Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Jarak yang terlalu dekat itu dapat menimbulkan gangguan listrik dan tentu saja bisa membahayakan penghuni bangunan.
"Jarak bebas minimum vertikal dari konduktor SUTET untuk tanaman dan bangunan sembilan meter, sedangkan SUTT lima meter," ujar Abdul.
Selain itu, contoh penyebab gangguan listrik diakibatkan kegiatan masyarakat bermain layang-layang atau balon udara yang berdekatan jaringan listrik. Ini disebut sangat berbahaya dan berpotensi menimbulkan kerugian besar.
Pasalnya, jika layang-layang putus atau jatuh mengenai konduktor SUTT/SUTET, maka dapat menimbulkan ledakan. Akibatnya, terjadi gangguan dan kerusakan peralatan PLN, bahkan bisa timbulkan korban jiwa jika ada orang di bawahnya.
"Saya berharap masyarakat lebih berhati-hati saat melakukan kegiatan, terlebih saat berada di dekat jaringan listrik," kata Abdul.