Jumat 07 Aug 2020 11:40 WIB

Pertama Kalinya ISEF 2020 Diselenggarakan Virtual

Pada tahun ini peradaban baru ekonomi syariah diperkuat dengan teknologi digital,

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Wakil Presiden Ma
Foto: KIP/Setwapres
Wakil Presiden Ma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) meluncurkan pagelaran Indonesia Sharia Economic Festival 2020 dalam kick off ISEF 2020 secara virtual, Jumat (7/8). Pandemi Covid-19 membuat penyelenggaraan ajang internasional ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi digital.

Gubernur BI, Perry Wariyo dalam sambutannya menyampaikan, pandemi Covid-19 telah membawa peradaban baru bagi Indonesia yakni peradaban digital teknologi. Ekonomi syariah pun harus mengikuti dan beradaptasi.

"Pada tahun ini peradaban baru ekonomi syariah diperkuat dengan teknologi digital, sinergi kita bukan scale down tapi justri scale up," katanya.

Teknologi memungkinkan perluasan dan penguatan ekonomi syariah, termasuk dalam penyelenggaraan ISEF 2020. Perry menyampaikan spirit pengembangan melalui teknologi inilah yang mendasari terselenggaranya ISEF ketujuh tersebut.

Dalam tiga bulan kedepan, BI menyusun Festival Ekonomi Syariah (FESyar) di tiga provinsi, yakni Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, dan Jawa Timur. Puncak acara ISEF 2020 akan diselenggarakan di Jakarta pada bulan Oktober 2020.

"Kami apresiasi para gubernur yang akan jadi host tahun ini, semua pihak akan hadir dan semakin memperluas jaringan ekosistem pengembangan ekonomi syariah," Indonesia.

Tahun ini, salah satu inisiatif pengembangan ekonomi syariah BI adalah dengan pendirian Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) yang sudah berjalan. Hebitren memungkinkan pesantren untuk punya unit bisnis yang bisa bermanfaat bagi kemandirian pesantren dan wilayah sekitar.

Perry meyakini dengan upaya berjamaah dari semua pihak, maka Indonesia mencapai misi jadi pusat ekonomi syariah dunia. ISEF dan FESyar akan menjadi wadah untuk para pelaku ekonomi syariah bertemu dan saling berkolaborasi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement