REPUBLIKA.CO.ID, TURIN -- Juventus akhirnya memutuskan menyudahi kerjasama dengan pelatih Maurizio Sarri. Pemecatan mantan pelatih Napoli itu hanya berselang sehari setelah Juventus disingkirkan Olimpique Lyon di babak 16 besar Liga Champions, Sabtu (8/9) dini hari WIB.
Dengan pemecatan pelatih berusia 61 tahun itu, manajemen I Bianconeri telah memecat pelatih dalam dua musim terakhir secara beruntun, meskipun dua pelatih tersebut berhasil membawa Si Nyonya Tua merengkuh gelar Scudetto. Pada akhir 2019/2020, manajemen Juventus memutuskan memecat Massimiliano Allegri.
Posisi Allegri digantikan Sarri, yang saat itu diboyong dari Chelsea dan dikontrak selama tiga tahun. Namun, pemecatan Sarri berbeda dari Allegri dari sisi durasi kontrak.
Allegri masih memiliki sisa kontrak selama satu tahun saat dipecat Juventus, sedangkan Sarri masih memiliki kontrak selama dua tahun saat dipaksa meletakan jabatannya pada Sabtu (8/8) sore waktu setempat. Alhasil, Juventus harus membayar sejumlah kompensasi akibat keputusannya memecat Sarri tersebut.
''Berdasarkan klausul, Sarri diikat dengan durasi kontrak hingga 2022 dan gaji mencapai 5,5 juta euro per tahun. Apabila tidak ada kesepakatan pemutusan kontrak antara kedua belah pihak sebelumnya, maka Juventus harus membayar dengan nilai bersih sebesar 11 juta euro untuk gaji Sarri, yang kemungkinan besar bisa meningkat dengan nilai kotor mencapai 20 juta euro,'' tulis laporan Football Italia, Sabtu (8/8).
Tidak hanya Sarri, manajemen Juventus juga memecat seluruh staf di tim utama. Hal ini dianggap sebagai langkah yang diambil manajemen klub pascapenampilan buruk Si Nyonya Tua di pentas Liga Champions musim ini.
Tidak hanya itu, kabar pemecatan Sarri ini pun sempat diikuti rumor pemecatan Direktur Sepak Bola Juventus Fabio Paratici. Namun, belakangan, manajemen Juventus membantar kabar soal pemecatan Paratici tersebut.
Sarri ditunjuk manajemen Juventus untuk menggantikan Allegri pada awal musim lalu. Eks pelatih Empoli itu diharapkan bisa membawa angin segar dan perubahan terhada gaya permainan I Bianconeri, seraya mampu menjaga Si Nyonya Tua tampil kompetitif, terutama di Liga Champions.
Namun, jika menilik raihan trofi maka musim lalu bisa dibilang menjadi musim yang mengecewakan buat Si Nyonya Tua. Di kancah domestik, Juventus hanya mampu meraih gelar Scudetto, tanpa bisa berbuat banyak di pentas Coppa Italia dan Piala Super Italia.
Di kancah Liga Champions musim ini, Juventus berhasil menang 2-1 ata Lyon di laga leg kedua babak 16 besar. Namun, Juventus tersingkir lantaran ketentuan agresivitas gol tandang.
Pada laga leg pertama babak 16 besar, Februari silam, Juventus gagal mencetak gol kala melawat ke markas Lyon, Stadion Groupama, dan menyerah 0-1. Gagal menembus babak 16 besar menjadi prestasi terburuk Si Nyonya Tua di Liga Champions sejak musim 2015/2016 silam.