Jumat 14 Aug 2020 05:48 WIB

Kisah Sulaiman dan Sengketa Peternak dengan Petani

Doa Sulaiman tersebut pun menjadi salah satu doa yang dapat dicontoh kaum Muslimin.

Red: Muhammad Hafil
Kisah Sulaiman dan Sengketa Peternak dengan Petani. Foto: Penggembala beristirahat di area dekat makam Nabi Sulaiman, Plain of Mizpah
Foto: www.loc.gov
Kisah Sulaiman dan Sengketa Peternak dengan Petani. Foto: Penggembala beristirahat di area dekat makam Nabi Sulaiman, Plain of Mizpah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada kisah lain kebijaksanaan Nabi Sulaiman mengatasi sengketa seorang peternak dan petani yang juga disebutkan pada surah al-Anbiya ayat 78. ''Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu.''

Dalam tafsir disebutkan menurut riwayat Ibnu Abbas, sekelompok kambing milik seorang peternak telah merusak tanaman seorang petani saat malam hari. Sang petani kemudian mengadukan peristiwa tersebut kepada Nabi Daud. Keputusan yang dipilih Nabi Daud, yakni kambing-kambing tersebut harus diserahkan kepada yang sang petani sebagai ganti rugi tanaman yang rusak.

Baca Juga

Namun, Nabi Sulaiman berpendapat kambing-kambing sang peternak diserahkan kepada petani hanya sementara waktu. Sang peternak wajib mengganti tanaman petani dengan yang baru. Jika tanaman tersebut telah segar seperti sedia kala, sang peternak diizinkan kembali memperoleh kambingnya.

''Pemilik perkarangan yang telah rusak tanamannya mendapat hewan ternaknya untuk dipelihara, diambil hasilnya, dan dimanfaatkan bagi keperluannya, sedangkan perkarangannya yang telah rusak itu diserahkan kepada tetangganya pemilik peternakan untuk dipugar dan dirawatnya sampai kembali kepada keadaan asalnya. Kemudian, masing-masing menerima kembali miliknya sehingga tidak ada yang mendapat keuntungan atau kerugian lebih daripada yang sepatutnya,'' ujar Sulaiman kepada Daud.

Lagi-lagi, Nabi Daud memuji kebijaksanaan putranya. Ia pun sepakat dan memilih keputusan Sulaimanlah yang tepat dan adil. Sang peternak dan petani pun merasa puas. Para hadirin yang menyaksikan persidangan pun merasa kagum dengan kecerdasan putra Daud. Padahal, saat itu Sulaiman masih sangat muda. Beberapa menyebutkan Sulaiman berusia 13 tahun saat memutuskan perkara bayi ataupun perkara tanaman tersebut. 

 

Keutamaan Berlaku Adil

Dalam Alquran tak sedikit disebutkan perintah untuk selalu berbuat adil. Sikap adil merupakan salah satu ciri ketakwaan seorang hamba. Allah pun menyebutkan dalam firmannya bahwa Ia meyukai orang-orang yang berbuat adil.

Dalam kisah sengketa bayi pun digambarkan betapa sulitnya memberikan keputusan dengan adil. Apalagi, mengingat keadilan bukanlah membagi secara sama rata, namun memberikan sesuai haknya. Keadilan ditegakkan ketika setiap orang mendapatkan sesuai haknya, bukan melakukan pembagian secara rata.

Selain itu, hikmah lain yang dapat dipetik dari kisah tersebut, yakni agar pemimpin tak gila kekuasaan dan tak gila harta. Meneladani Nabi Sulaiman, beliau tak meminta kekayaan ataupun kekuasaan. Beliau hanya berkeinginan dapat menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana. Dengan menjadi pemimpin yang baik bagi rakyatnya, kekuasaan dan kekayaan datang sendirinya. Nabi Sulaiman pun diberi kekuasaan Allah yang tak pernah dimiliki oleh raja mana pun hingga akhir zaman.

''Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman dan keduanya mengucapkan, 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman'. Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata, 'Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata'. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan),'' surah an-Naml ayat 15-17.

Dengan segala rahmat dan anugerah yang Allah berikan pun tak membuat Sulaiman congkak dan menjadi pemimpin yang semena-mena. Ia selalu dikenal sebagai raja yang bijaksana dan dicintai rakyatnya. Sulaiman pun terus bersyukur kepada Allah atas segala yang ia dapatkan seperti dikutip surah an-Naml ayat 19. ''...Dan dia berdoa, 'Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh'.''

Doa Sulaiman tersebut pun menjadi salah satu doa yang dapat dicontoh kaum Muslimin untuk selalu dipanjatkan dalam mensyukuri segala nikmat Allah. Betapa banyak nikmat Allah yang telah diberikan kepada manusia, seperti kesehatan, kelapangan, keimanan, dan sebagainya. Namun, sangat sedikit hamba-Nya yang bersyukur dan memuji Asma-Nya atas segala karunia tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement