REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Muhammadiyah Prof Abdul Mu'ti mengatakan pentingnya untuk menggali warisan sejarah bangsa terutama sebagai warga Muhammadiyah untuk memenangkan sejarah.
"Karena sejarah bukan hanya bentuk romantisme semata yang hanya mengenang masa lalu indah. Karena keindahan itu hanya bagian dari capaian generasi terdahulu,"ujar dia dalam kajian rutin PP Muhammadiyah dengan tema Muhammadiyah, Pancasila dan Kemerdekaan Indonesia, Jumat (14/8).
Menurut Prof Abdul Mu'ti tujuan membahas sejarah adalah untuk mempelajari proses dan catatan penting. Sebagai penerus bangsa seharunya dapat mengambil makna dari spirit sejarah untuk mendapatkan kebenaran sejarah. Untuk itu maka setiap orang membutuhkan api sejarah yang harus ditanamkan di dalam diri.
Bagian penting lainnya adalah penulisan sejarah yang harus dilakukan secara otentik. Mu'ti mencontohkan seperti polemik yang terjadi beberapa waktu lalu dengan adanya rancangan undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (HIP). Karena didalamnya terdapat rumusan pancasila yang menimbulkan kontroversi yang seharunya diakhiri.
"Bangsa kita belum selesai dengan catatn sejarah, karena ternyata kita belum bisa memaknai sejarah sebagai bangsa sehingga memiliki harkat dan martabat di mata bangsa lain," ujar dia.
Sehingga menelusuri warisan sejarah sangatlah penting, karena saat ini sebagai bangsa sebenarnya sedang memperebutkan sejarah. Ini yang harus dibahas karena Muhammadiyah harus berbuat untuk bangsa dan meneruskan serta meniru jejak tokoh yang telah ikut berjuang saat pembentukan Indonesia.
Tidak hanya empat orang anggota Muhammadiyah Ir Sukarno, Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, dan Abdul Kahar Muzakar, ada juga tokoh Aisyiyah yang ikut berjuang tetapi belum ditetapkan sebagai pahlawan nasional dan tokoh bangsa.
Warga Muhammadiyah sudah seharusnya tidak hanya berdakwah di internal dan amal usaha saja, tetapi juga ikut bergerak dalam arah perkembangan bangsa. Dalam rangkaian beberapa mukernas waktu lalu, merupakan usaha Muhammadiyah untuk memberikan gagasan dan menentukan arah perjalanan Indonesia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 serta ajaran Islam. Karena keislaman dan keindonesiaan adalah satu kesatuan dalam diri warga dan organisasi gerakan Muhammadiyah.