Ahad 16 Aug 2020 18:35 WIB

UEA Bantah Turki: Ini Bukan Soal Iran

Keputusan normalisasi tentang UEA, Israel dan Amerika Serikat.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Balai Kota Tel Aviv diterangi dengan bendera Uni Emirat Arab dan Israel saat kedua negara mengumumkan akan menjalin hubungan diplomatik penuh, di Tel Aviv, Israel, Kamis (13/8/2020).
Foto: AP / Oded Balilty
Balai Kota Tel Aviv diterangi dengan bendera Uni Emirat Arab dan Israel saat kedua negara mengumumkan akan menjalin hubungan diplomatik penuh, di Tel Aviv, Israel, Kamis (13/8/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan keputusannya untuk menormalisasi hubungan dengan Israel bukan tentang melawan Iran. Pernyataan ini menepis kritik terhadap pakta tersebut dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

"Ini bukan tentang Iran. Ini tentang UEA, Israel dan Amerika Serikat. Ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk membuat semacam pengelompokan melawan Iran," kata Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash dikutip dari Al Arabiya.

Baca Juga

Gargash mengisyaratkan bahwa UEA tidak ingin memprovokasi negara tetangga dekatnya. Meski pemerintahan Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berusaha untuk membingkai perjanjian tersebut sebagai bagian dari upaya untuk menghadapi dan mengisolasi Iran lebih lanjut.

"Kami memiliki hubungan yang sangat rumit dengan Iran. Meskipun kami memiliki keprihatinan kami, kami juga merasa bahwa menyelesaikan masalah ini harus melalui diplomasi dan de-eskalasi," kata Gargash.

Erdogan sebelumnya mengatakan Turki dapat menarik Duta Besar untuk UEA menyusul perjanjian negara tersebut dengan Israel. Keputusan tersebut merupakan pukulan bagi hak-hak Palestina. Gargash menolak pernyataan itu dan menyikapinya sebagai standar ganda yang menutupi hubungan perdagangan penting Turki dengan Israel.

"Mereka menerima lebih dari setengah juta turis Israel, memiliki perdagangan bilateral senilai 2 miliar dolar AS dan memiliki kedutaan besar di sana. Dan saya bertanya pada diri sendiri apakah ini posisi berprinsip atau tidak," kata Gargash.

Berdasarkan kesepakatan itu, Israel setuju untuk mengesampingkan rencana mencaplok tanah Tepi Barat. "Kami sangat prihatin dengan masalah aneksasi. Melalui proklamasi yang imajinatif ini, setidaknya kami telah mampu memberikan ruang negosiasi," kata Gargash.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement