Selasa 18 Aug 2020 13:22 WIB

Sekjen MUI: Sambut 1 Muharram 1442 Hijriyah dengan Muhasabah

Muhasabah disarankan oleh Sekjen MUI untuk sambut 1 Muharram 1442 Hijriyah.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Sekjen MUI: Sambut 1 Muharram 1442 Hijriyah dengan Muhasabah. Foto: Sekjen MUI Anwar Abbas.
Foto: darmawan / republika
Sekjen MUI: Sambut 1 Muharram 1442 Hijriyah dengan Muhasabah. Foto: Sekjen MUI Anwar Abbas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas mengatakan, dalam rangka menyambut kedatangan 1 Muharram 1442 Hijriyah, umat islam Indonesia perlu melakukan muhasabah.

"Muhasabah terutama yang terkait dengan nasib dan keadaan umat islam baik dalam skala nasional maupun global," kata Anwar Abbas, Selasa (18/8).

Baca Juga

Dia menjelaskan, dalam skala nasional diketahui bahwa jumlah umat islam di negeri ini yakni mayoritas 87,2 persen. Kontribusi yang disumbangkan oleh umat islam untuk kepentingan, dan kemajuan bangsa tentu sudah begitu besar, tetapi yang masih terasa kurang yakni dalam bidang ekonomi, dan bisnis terutama pada ekonomi skala besar.

Menurutnya, umat islam masih banyak terbelakang soal ekonomi karena dunia pendidikannya tidak mendukung bagi lahirnya entrepreneur, dan intrapreneur. "Yang ada saya lihat lebih banyak untuk melahirkan lulusan-lulusan yang memiliki employee mentality," kata dia.

Sebagai contoh, terlihat bahwa  dari 10 orang terkaya di negeri ini hanya satu orang yang beragama islam, dan dari 50 orang terkaya hanya enam orang yang beragama islam. Dia mengatakan, hal ini tentu masih jauh dari yang diharapkan.

"Oleh karena itu, supaya kontribusi umat islam dalam bidang ekonomi kelas atas atau skala besar ini di masa-masa mendatang bisa meningkat, maka ke depan kita harus bisa memacu diri kita sebagai umat agar  jumlah umat islam yang ada di ekonomi kelas atas juga sesuai dengan proporsi yang dimilikinya," ucap Anwar Abbas.

Anwar mengatakan, diharapkan dari 10 orang terkaya di negeri ini, nanti sembilan orang di antaranya berasal dari beragama islam. Kemudian strategi yang digunakan untuk itu bukanlah dengan mengecilkan yang besar, tetapi dengan membesarkan yang kecil. 

Untuk itu, ke depan diharapkan agar umat islam harus dapat memberikan perhatian yang lebih kepada usaha untuk menciptakan entrepreneur dan intrapreneur, yang handal. Dia mengatakan, usaha itu hendaknya benar-benar dilandasi oleh keinginan untuk merubah nasib dan keadaan, terlebih lagi jumlah orang yang miskin di negeri ini masih begitu banyak, yaitu sekitar 30 juta orang, bahkan bisa lebih dari itu.

Mayoritas dari mereka yang miskin, 90 persen yakni beragama islam. Apabila ingin memajukan ekonomi umat islam, maka itu juga telah berusaha untuk memajukan dan menyelesaikan masalah ekonomi bangsa, itu menjadi tujuan dan tugas bersama.

"Dan dalam skala global kita melihat umat islam masih sering dipojokkan oleh negara-negara maju. Untuk itu umat islam harus bisa meningkatkan persatuan dan kesatuannya agar umat islam tidak menjadi bulan-bulananan dari negara-negara maju tersebut," ucap Anwar.

Menurut Anwar, hal tersebut penting untuk dilakukan agar keadilan dalam hubungan antar bangsa bisa tegak, dan tidak seperti yang terjadi saat ini. Di mana kalau ada negara yang mayoritas penduduknya beragama islam melakukan hal-hal yang tidak mereka inginkan, maka dengan cepat mereka menyerang, dan mengintervensi. Namun kalau yang melakukan itu dari mereka atau negara-negaranya, yang telah menginjak-injak hak asasi manusia seperti yang dilakukan oleh Israel di Palestina, dapat dilihat mereka bungkam, dan tidak bisa menghentikannya.

"Sementara kita dari dunia islam juga terlihat tidak bisa berbuat apa-apa, karena kita-kita juga terpecah-pecah dan tidak ada dalam satu kesatuan. Oleh karena itu dalam momentum pergantian tahun baru hijriyah ini kita umat islam dunia hendaknya benar-benar bisa   meningkatkan persatuan dan kesatuan agar kita umat islam dalam skala global bisa menjadi satu kekuatan dunia yang benar-benar disegani, dan diperhitungkan," papar Anwar.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement