Kamis 20 Aug 2020 01:20 WIB

Kalifornia Waspada Tinggi, Penyakit Pes Kembali Serang Warga

Penyakit pes yang menyerang warga lokal pertama setelah 5 tahun di Kalifornia

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nur Aini
Tikus/ilustrasi. Tikus merupakan hewan penyebar bakteri penyebab penyakit pes
Tikus/ilustrasi. Tikus merupakan hewan penyebar bakteri penyebab penyakit pes

REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA -- Di saat pandemi Covid-19 masih berlangsung, petugas kesehatan di Kalifornia mendapati ada warga lokal yang positif terkena penyakit pes. Itu merupakan kasus pertama yang muncul dalam lima tahun terakhir di Kalifornia.

Departemen Kesehatan Masyarakat California (CDPH) mengungkapkan bahwa warga lokal tersebut sudah dipulangkan ke rumahnya di South Lake Tahoe dan berada dalam perawatan tenaga medis profesional. Warga lokal Kalifornia tersebut dikabarkan terkena penyakit pes saat berjalan-jalan dengan anjing peliharannya di South Lake Tahoe.

Baca Juga

Penyakit pes disebabkan oleh bakteri bernama Yersinia pestis. Bakteri ini bisa ditransmisikan kepada manusia melalui gigitan kutu yang terkena infeksi bakteri dari tikus. Hewan seperti anjing dan kucing diketahui dapat membawa kutu-kutu tersebut.

"Penting bagi setiap individu untuk melakukan tindak pencegahan bagi diri sendiri dan hewan peliharaan mereka ketika di luar rumah, khususnya ketika berjalan kaki, naik gunung dan atau berkemah di area di mana ada tikus liar," kata petugas kesehatan masyarakat wilayah El Dorado Dr Nancy Williams, seperti dilansir Sputnik News.

Gejala penyakit pes umumnya muncul dalam waktu dua minggu setelah terpapar oleh hewan atau kutu yang terinfeksi. Beberapa gejala yang bisa muncul adalah demam, mual, lemas, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Penyakit pes pada manusia tergolong langka tetapi dapat menyebabkan masalah yang sangat serius. Sepanjang sejarah, penyakit pes sempat menyebabkan beberapa pandemi. Salah satunya adalah tragedi Black Death di Eropa yang menyebabkan lebih dari 50 juta kematian pada abad ke-14.

Untungnya, ilmuwan moderen saat ini sudah bisa mengatasi sebagian besar infeksi bakteri Yersinia pestis dengan antibiotik. Mengingat tak adanya vaksin, masyarakat diharapkan dapat melakukan berbagai tindak pencegahan untuk meminimalisasi kontak dengan hewan sakit atau hewan mati yang membawa penyakit.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rasio kasus kematian akibat penyakit pes bisa mencapai 30-100 persen bila penderitanya sudah mengalami pnemonia (infeksi paru) atau septikemia (infeksi aliran darah) dan tidak mendapatkan terapi medis.

Sebelumnya, ada dua kasus penyakit pes pada manusia yang ditemukan di Kalifornia pada 2015. Kedua pasien terpapar oleh tikus atau kutu yang terinfeksi di Yosemite National Park. Keduanya telah berhasil disembuhkan dari infeksi bakteri. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement