REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lima perusahaan Amerika Serikat (AS) termasuk Chevron menandatangani perjanjian dengan pemerintah Irak. Perjanjian itu bertujuan untuk mendorong kemandirian energi Irak dari Iran.
Kesepakatan tersebut ditandatangani sebelum perdana menteri Irak berkunjung ke Gedung Putih. Dalam pernyataannya, Kamis (20/8) Departemen Energi AS mengatakan lima perusahaan Honeywell International, Baker Hughes, General Electric, Stellar Energy dan Chevron menandatangani perjanjian perdagangan.
Kesepakatan yang dilakukan dengan menteri minyak dan listrik Irak itu senilai 8 miliar dolar AS. Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi mengunjungi Gedung Putih untuk pertama kalinya. Kunjungan itu dilakukan saat perekonomian Irak terpukul oleh karantina nasional virus corona dan turunnya harga minyak.
"Kesepakatan-kesepakatan ini kunci dari masa depan energi Irak dan saya yakin perusahaan-perusahaan yang sama yang telah memperkuat independensi energi Amerika Serikat akan mengerahkan keahlian mereka untuk membantu Irak meraih potensi terbesarnya di sektor energi," kata Menteri Energi AS Dan Brouillette dalam pernyataan tersebut.
Kesepakatan perdagangan itu ditandatangani setelah menteri-menteri minyak dan listrik Irak bertemu dengan Brouillette serta rapat antara perdana menteri Irak dan industri energi AS di Washington pada Rabu (19/8) lalu. Pejabat senior departemen energi AS mengatakan selain membahas kerja sama ekonomi, mereka juga membahas keamanan nasional. Unjuk rasa di Irak tahun lalu mendorong kabinet dan perdana menteri sebelumnya mengundurkan diri.