REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, belajar tatap muka di kelas tidak bisa dilakukan sembarangan. Dia menjelaskan, pembukaan sekolah harus dilakukan berdasarkan perhitungan matang oleh semua pihak termasuk orang tua murid
Dia mengungkapkan, pembukaan sekolah di zona kuning dan hijau harus melalui proses prakondisi, penentuan waktu yang tepat, dan prioritas. Dia melanjutkan, semua hal tersebut memerlukan simulasi dan koordinasi antara pemerintsh pusat dan daerah serta monitoring dan evaluasi.
"Jadi apabila disepakati dan disetujui oleh ortu murid, sekolah dan seluruh infrastruktur penduduk memenuhi dan sudah disimulasikan, harusnya berjalan dengan aman," kata Wiku dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (20/8).
Dia mengatakan, belajar tatap muka dapat dihentikan sementara apabila tidak berjalan dengan aman. Dia melanjutkan, beberapa sekolah juga sudah melaporkan terkkait simulasi kepada kementerian pendidikan.
Dia meminta pemerintah daerah bertanggung jawab dalam membuka fasilitas sekolah. Dia mengatakan, pemerintah pusat juga meminta pemerintah daerah selalu melaporkan kepada satgas pusat sehingga bisa memonitor apabila diperlukan bantuan tertentu.
Sebelumnya, studi terbaru menunjukkan bahwa anak dapat menyebarkan Covid-19 sama mudahnya dengan orang dewasa. Peneliti di Lurie Children's Hospital of Chicago, Amerika Serikat mengungkapkan kalau anak-anak di bawah usia lima tahun (balita) dapat membawa virus corona dalam hidung mereka seperti halnya orang dewasa.
Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak memiliki 10 hingga 100 kali jumlah muatan virus di saluran pernapasan atas mereka. Temuan itu mendukung gagasan bahwa balita dapat terinfeksi dan mereplikasi serta menularkan virus seperti halnya anak-anak yang usianya lebih tua maupun orang dewasa.