Sabtu 22 Aug 2020 15:02 WIB

Indikator Positif Tutupi Eskalasi Krisis Corona di India 

Kasus penularan Covid-19 di sejumlah negara bagian di India melonjak drastis.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Imago Images/ZUMA Wire/A. Vaishnav
Imago Images/ZUMA Wire/A. Vaishnav

Selama beberapa bulan terakhir, ibu kota India, New Delhi, menyaksikan jatuhnya angka penularan baru virus corona. Pemerintah yakin telah berhasil meredam wabah dan meratakan kurva penularan.

Saat ini angka penularan di New Delhi berkisar 1000an kasus per hari selama sepekan terakhir. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan akhir Juli silam, ketika ibu kota India itu mencatat 3.000 kasus per hari.

Dalam sebuah tes serologi di Delhi, pemerintah menemukan sebanyak 29% penduduk sudah memiliki antibodi corona. Artinya mereka kemungkinan pernah mengidap Covid-19. Kebanyakan tidak menunjukkan gejala dan pulih dengan sendirinya. “Kita melihat sinyal yang memuaskan, angka pasien pulih meningkat, angka kematian berkurang. Kami sangat senang dengan hasil tes harian yang sangat menggembirakan,” kata V.K Paul, Kepala Satuan Tugas Covid-19 India. “Kita sudah mengontrol pandemi ini. Kami tidak akan membiarkan virus menguasai kita,” imbuhnya.

Namun pekan ini wabah kembali bereskalasi. Kamis (20/8) India mencatat lonjakan kasus penularan harian menjadi 69.652 orang. Pada Jumat (21/8) pagi, angka penularan total di India melampaui 2,9 juta kasus.

Saat ini sebanyak 692.028 orang masih dirawat atau dikarantina karena mengidap Covid-19. Menurut Kementerian Kesehatan, setidaknya 54.849 orang meninggal dunia akibat virus corona. Sejumlah negara bagian seperti Maharashtra, Delhi, Tamil Nadu, Karnataka dan Andhra Pradesh tergolong sebagai hotspot wabah corona di India.

Kelengahan berakibat fatal

Epidemiologis dan pakar kesehatan sebabnya mewanti-wanti terhadap sikap lengah warga dan pemerintah. Terutama otoritas India harus mempertahankan kapasitas pengetesan, pengawasan dan karantina.

“Proyeksi puncak wabah atau grafik pemodelan yang positif tidak selayaknya membuat orang menjadi lengah. Berulangkali di masa lalu, kalkulasi terbukti keliru,” kata M.C Misra, bekas direktur lembaga penelitian medis nasional, All India Institute of Medical Sciences.

Saat ini India menguji 900.000 sampel swab per hari. Sejak Januari sebanyak 30 juta penduduk sudah melakukan tes Covid-19. Pemerintah mengaku ingin meningkatkan kapasitas tes menjadi satu juta per hari.

“Meski hasil tes cepatnya menggembirakan, tren ini bisa menghilang cepat jika warga menjadi lengah dan mulai mendatangi perkumpulan besar atau menolak memakai masker,” kata Arvind Kumar, Direktur Pusat Bedah Jantung dan Paru-Paru di rumah sakit Ganga Ram, New Delhi.

Kota Bengaluru di selatan menjadi peringatan bagi yang lain, imbuhnya. Pada Mei, angka penularan anjlok drastis menyusul larangan keluar rumah dan protokol kesehatan yang ketat. Dua bulan kemudian, kota berpenduduk 8,4 juta jiwa itu menjadi salah satu hotspot corona. “Warga membayar akibatnya,” kata Kumar.

Dari urban menyebar ke desa

Negara bagian Kerala adalah contoh lain. Setelah sempat menjadi model penanggulangan wabah, kini angka penularan mencapai 1700 kasus per hari. “Di enam negara bagian India, ada sejumlah indikasi lonjakan kasus penularan virus,” kata Manish Kumar, Direktur Asosiasi Tenaga Medis India.

Saat ini laju penularan di kawasan pedesaan dan semi urban tercatat meningkat pesat. Pada 10 Agustus lalu, kantung-kantung penduduk di kedua jenis kawasan mewakili 47% kasus penularan baru. Jumlah tersebut dua kali lipat lebih tinggi ketimbang sebulan sebelumnya.

Dalam jumlah kasus penularan total, kawasan-kawasan ini mencatat lebih dari sepertiga kasus, naik 20% dari bulan Juli.

Kepada DW, ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan India kini harus fokus menanggulangi “lonjakan kasus di kawasan pedesaan dan semi urban.”

rzn/vlz

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement