REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memandang perubahan atau reformasi akan sulit dilakukan di masa sekarang. Alasannya, banyak orang yang terlanjur terjebak zona nyaman. Kondisi ini membuat masyarakat, termasuk juga para pemimpin, merasa enggan untuk melakukan perubahan secara signifikan.
"Terlalu banyak orang yang sudah terlalu lama menikmati zona nyaman. Zona nyaman secara ekonomi, zona nyaman karena status. Sehingga merasa terusik ketika dilakukan perubahan-perubahan," ujar Presiden dalam sambutan virtualnya pada peringatan HUT ke-22 Partai Amanat Nasional (PAN) di Jakarta, Ahad (23/8).
Menjawab tantangan tersebut, Jokowi merasa ruang kompetisi harus dibuka. Hal itu dianggap menjadi satu-satunya cara agar semua pihak kembali saling berlomba-lomba berlari ke arah perubahan yang lebih baik, tanpa harus terkurung dalam zona nyaman tadi.
"Ruang persaingan yang sehat harus diberi peluang. Untuk semua bidang. Kita jangan takut dengan kompetisi dan jangan takut bersaing," katanya.
Kompetisi, ujarnya, juga harus dibuka bersamaan dengan momentum krisis ekonomi dan krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 saat ini. Menurutnya, saat ini adalah momentum bagi Indonesia untuk berlari kencang mengejar ketertinggalan dari negara lain, dalam banyak aspek.
"Kesempatan untuk membenahi berbagai kelemahan fundamental, kesempatan untuk mengeksekusi strategi-strategi besar negara. Saya percaya PAN sejalan dengan semangat yang saya sampaikan tadi. Sejalan dengan semangat pemerintah yang sedang dijalankan," katanya.
Dalam acara peringatan HUT yang dihadiri seluruh pimpinan dan kader PAN ini, presiden juga mengingatkan bahwa partai ini lahir di tengah reformasi 22 tahun silam. Belajar dari PAN yang lahir dengan semangat perubahan ini, Jokowi meminta seluruh kader untuk ikut berperan dalam memperkuat reformasi.
"Melakukan langkah extra ordinary, langkah perubahan fundamental. Memanfaatkan momentum krisis ini untuk melakukan lompatan kemajuan," katanya.