Rabu 26 Aug 2020 11:57 WIB

Korban Teror Christchruch ke Pelaku: Saya Orang Turki Kuat

Korban Masjid Christchruch mengaku tetap kuat pascainsiden penembakan.

Rep: Rossi Handayani / Red: Nashih Nashrullah
Keluarga dan penyintas dari penembakan di masjid Christchurch Maret 2019 berbaris untuk memasuki Pengadilan Tinggi Christchurch untuk hari ketiga sidang hukuman untuk warga Australia Brenton Harrison Tarrant, di Christchurch, Selandia Baru, Rabu, 26 Agustus 2020. Tarrant telah mengaku bersalah kepada 51 jumlah pembunuhan, 40 tuduhan percobaan pembunuhan dan satu tuduhan terorisme dalam kekejaman terburuk dalam sejarah modern bangsa.
Foto: AP Photo/Mark Baker
Keluarga dan penyintas dari penembakan di masjid Christchurch Maret 2019 berbaris untuk memasuki Pengadilan Tinggi Christchurch untuk hari ketiga sidang hukuman untuk warga Australia Brenton Harrison Tarrant, di Christchurch, Selandia Baru, Rabu, 26 Agustus 2020. Tarrant telah mengaku bersalah kepada 51 jumlah pembunuhan, 40 tuduhan percobaan pembunuhan dan satu tuduhan terorisme dalam kekejaman terburuk dalam sejarah modern bangsa.

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHRUCH – Korban dan keluarga dari serangan masjid di Christchruch, Selandia Baru memberikan pernyataan selama hukuman teroris Brenton Tarrant, pada Selasa (25/8).  

"Saya seorang pria Turki yang kuat dan keras kepala," kata salah satu korban, Temel Atacocugu, dalam sidang terakhir kasus pada Selasa, dilansir dari laman Anadolu Agency, Rabu (26/8). 

Baca Juga

 "... Di masa depan, saya akan memikirkan dan bangga dengan semua yang telah saya atasi saat saya berjalan bebas di bawah sinar matahari," kata Atacocugu, salah satu dari tiga etnis Turki yang menjadi korban serangan keji Christchurch pada tahun lalu. 

Kisah-kisah serius terdengar di dalam ruang sidang saat para korban, dan kerabat yang masih hidup mengingat bagaimana penembakan itu menghancurkan hidup mereka.  

Adapun penganut supremasi kulit putih Brenton Tarrant, (29 tahun) membunuh 51 Muslim yang sedang mempersiapkan shalat Jumat pada 15 Maret 2019. Mustafa Boztas, Zekeriya Tuyan dan Atacocugun merupakan tiga orang Turki yang terluka dalam serangan itu. 

Tuyan yang mengalami luka serius meninggal dunia di rumah sakit tempatnya dirawat selama 50 hari. Atacocugu mengatakan kepada pengadilan, bahwa ini bukan pertama kalinya dia menatap mata pria bersenjata itu. 

"Trauma akan hidup bersamaku selamanya, gambar, bau, dan suara masjid pada hari (15 Maret 2019) itu akan menghantui saya. Saya tidak meramalkan masa depan di mana saya akan tanpa rasa sakit. Namun, saya bertekad untuk menemukan getaran positif untuk mengatasi rasa sakit," katanya di pengadilan, di mana dia didukung oleh kedua putranya. 

Atacocugu ditembak sembilan kali oleh Tarrant, dan harus hidup dengan cacat permanen. "Kamu adalah pecundang dan kami adalah pemenang," kata korban lainnya, Mirwais Waziri.

Waziri telah pindah ke Selandia Baru dari Afghanistan, dan berada di lorong Masjid Al Noor ketika pria bersenjata itu masuk, dan melepaskan tembakan ke arah umat. Dia terkena peluru di lehernya, namun dia tetap selamat. "Saya memutuskan untuk tidak membaca pernyataan saya dan menunjukkan kepadanya betapa saya menderita," kata Waziri.  

"Kami sebagai Muslim bukanlah teroris. Teroris tidak memiliki agama, ras atau warna kulit. Anda adalah pecundang dan kami adalah pemenangnya. Anda membuktikan kepada dunia, Anda adalah teroris," lanjutnya.  

Mendengar pernyataan Waziri, penonton pun langsung bertepuk tangan. Tarrant mengaku bersalah atas 51 dakwaan pembunuhan, 40 dakwaan percobaan pembunuhan, dan dakwaan melakukan tindakan teroris.

Pengadilan Tinggi Christchurch mulai proses hukum pada Senin (24/8). Putusan tersebut diharapkan akan diumumkan setelah setidaknya 66 pernyataan dampak, yang mungkin memakan waktu hingga tiga hari.

Sementara itu, para korban marah atas kurangnya penyesalan Tarrant. "Kamu bertingkah seperti pengecut, dan kamu pengecut. Anda hidup seperti tikus dan Anda akan mati sendiri," kata Zuhair Darwish. "Anda akan membayar untuk apa yang Anda lakukan  dalam kehidupan ini dan kehidupan lainnya," kata dia. Saudara laki-laki Darwish, Kamel Darwish, tewas dalam penembakan itu.

Adapun insiden teroris membuat kejutan di seluruh dunia. Kemudian Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern membuat undang-undang untuk mempersulit orang Selandia Baru untuk mengakses senjata api. 

Sumber: https://www.aa.com.tr/en/asia-pacific/im-a-strong-turk-new-zealand-mosque-attack-victim/1952803 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement