REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizkyan Adiyudha, Binti Sholikah
Survei Indonesian Public Institute (IPI) mendapati bahwa publik tidak menyukai skenario kotak kosong di Pilkada Solo. Pada saat yang bersamaan, survei juga menangkap bahwa masyarakat tidak akan memilih (golput) jika ada skenario kotak kosong terjadi dalam pilkada di daerah mereka.
"Ada yang belum memutuskan, mereka yang wait and see itu menyumbang angka undecided voters. Untuk meningkatkan partisipasi pemilih itu bukan hanya tugas KPU tapi kontestan juga," kata Direktur Ekskutif IPI Karyono Wibowo dalam konferensi virtual di Jakarta, Kamis (27/8).
Hasil survei mendapati bahwa 27,3 persen responden kurang suka dengan skenario kotak kosong dan 14,6 persen tidak suka sama sekali dengan kondisi tersebut. Sedangkan 20 persen mengaku cukup suka dan 3,6 persen responden mengatakan sangat suka skenario tersebut. Sementara, 34,4 persen tidak menjawab atau tidak tahu.
Survei dilakukan menggunakan metode multi stage random sampling dan dilakukan secara tatap muka langsung Responden merupakan warga yang memiliki hak pilih di Kota Surakarta sehingga survei ini tidak bias pada segmen tertentu.
Jumlah responden adalah 440 orang. Survei dilakukan pada 3 hingga 7 Agusutus 2020 dengan margin of error 4,8 persen. Survei dilakukan dengan menggunakan protokol kesehatan karena berlangsung ditengah pandemi Covid-19.
Hasil survei juga mendapati kalau 53,3 persen masyarakat bakal memilih Gibran di Pilkada serentak pada Desember nanti. Sebesar 1,6 persen akan memilih kotak kosong dan 4,6 persen tidak akan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Sementara, sebesar 40,3 persen masih merahasiakan jawaban atau belum memutuskan.
Karyono mengatakan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) saat ini memiliki tugas untuk meningkatkan daya tarik Pilkada. Dia melanjutkan, KPU harus bisa memastikan oenyelenggaraan pemilu di tengah Covid-19 tetap aman serta tidak menjadi klaster baru penularan virus.
Dia menilai, para peserta juga harus bisa tampil sebagai sosok merakyat, bersih, tegas, sederhana dan humble. Dia mengatakan, hal ini sesuai dengan hasil survei yang menangkap bahwa 28 persen alasan publik memilih kepala daerah adalah hal-hal tersebut.
Komisi Pemilihan Umum Kota Solo, Jawa Tengah telah memutuskan bahwa bakal calon pasangan Bagyo Wahyono-FX Suparjo (Bajo) lolos verifikasi faktual (verfak). Sehingga pasangan bakal calon kepala daerah tersebut berhak mendaftar sebagai peserta pilkada setempat, 4 hingga 6 September nanti.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai partai pengusung Gibran memastikan bahwa mereka tidak ikut campur dalam pencalonan pasangan Bajo di Solo. Sekretaris Jendral PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa PDIP tidak pernah merencanakan adanya calon-calon boneka guna mengindari adanya skema kotak kosong di Solo.
"PDIP tidak pernah merencanakan adanya calon-calon boneka," kata Sekretaris Jendral PDIP Hasto di Jakarta, Rabu (27/8).
Hasto, menegaskan, bahwa PDIP tidak pernah memiliki niatan untuk mengaburkan kontestasi yang sehat dalam demokrasi dengan menciptakan calon-calon fiktif atau calon boneka. Dia mengatakan, PDIP siap bersaing secara dalam setiap gelaran pesta demokrasi.
"Kalau menang lima tahun, kalah lima tahun, itu biasa. Sehingga kami tidak mengenal cara-cara kotor di dalam demokrasi," katanya.
Mantan sekretaris tim pemenangan Presiden Joko Widodo ini menilai wajar kemunculan isu tersebut. Dia mengatakan, Gibran akan berjuang dengan penuh keyakinan dan persiapan sebaik-baiknya bersama PDIP.
"Kami serius di dalam menanggapi calon-calon baik itu independen maupun dari partai politik lain," katanya.
Pendaftaran
Pendaftaran bakal pasangan calon (bapaslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo dibuka pada 4-6 September 2020. Bakal pasangan calon Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) direncanakan mendaftar pada hari pertama. Sedangkan, bapaslon jalur independen, Bagyo Wahyono-FX Suparjo (Bajo) bakal mendaftar pada hari terakhir.
Gibran menyatakan baru saja selesai mengikuti Sekolah Partai yang digelar PDIP. Sekolah Partai dilaksanakan selama lima hari penuh pada 20-25 Agustus 2020.
Setelah itu, Gibran langsung melakukan blusukan di tengah-tengah masyarakat. Saat ini, tim pemenangan Gibran-Teguh sedang mempersiapkan berkas-berkas pendaftaran sebagai bakal calon wali kota ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo.
"Waktunya kan mepet sekali. Harus gaspol. Jumat (4/9) pekan depan sudah mendaftar, kami tinggal punya waktu dua bulan lebih sedikit sampai 9 Desember," jelasnya kepada wartawan, Kamis (27/8).
Sementara itu, Ketua Tim Pemenangan Bajo, Robert Hananto mengatakan, timnya akan mendaftar pada hari terakhir ke kantor KPU Solo. "Kami sudah siap dengan konsep yang kemarin kami rencanakan. Kami mendaftar akhir-akhir, kalau tidak tanggal 5 ya tanggal 6," ucapnya.
Robert menjelaskan, saat hari pendaftaran nantinya, tim Bajo akan dibagi menjadi dua titik keberangkatan, yakni dari posko utama di kawasan Penumping, Laweyan, serta di Kantor KPU Solo.
"Konsepnya menggunakan kuda kemudian diarak sampai kantor KPU. Seluruh berkas syarat pendaftaran sudah kami siapkan. Tinggal datang," ungkapnya.
Robert menyatakan, pasangan yang diusung Tikus Pithi Hanata Baris tersebut sudah mempersiapan jauh-jauh hari untuk maju di Pilkada Solo, bahkan sebelum munculnya pasangan Gibran-Teguh.
"Jadi siapapun lawan yang akan kami hadapi, kami siap dan ini juga menjadi satu hal yang luar biasa ketika kami harus berhadapan dengan Mas Gibran otomatis kami harus membuat strategi-strategi baru yang lebih baik dari yang sudah kami rancang kemarin," imbuh Robert.