Jumat 28 Aug 2020 12:16 WIB

Laporan: Israel-UEA Berencana Bangun Pangkalan Intelijen

Pangkalan tersebut diduga akan dibangun di Pulau Socotra, Yaman.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Laporan: Israel-UEA Berencana Bangun Pangkalan Intelijen. Anggota pasukan keamanan Israel berjaga-jaga saat warga Palestina melakukan sholat Jumat selama protes di desa Tepi Barat Yatta, dekat Hebron, 21 Agustus 2020. Warga Palestina memprotes perjanjian perdamaian untuk membangun hubungan diplomatik antara Israel dan Uni Emirat Arab .
Foto: EPA-EFE/ABED AL HASHLAMOUN
Laporan: Israel-UEA Berencana Bangun Pangkalan Intelijen. Anggota pasukan keamanan Israel berjaga-jaga saat warga Palestina melakukan sholat Jumat selama protes di desa Tepi Barat Yatta, dekat Hebron, 21 Agustus 2020. Warga Palestina memprotes perjanjian perdamaian untuk membangun hubungan diplomatik antara Israel dan Uni Emirat Arab .

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) berniat bekerja sama membangun pangkalan intelijen di sebuah pulau di Yaman di wilayah strategis yang menghadap ke Selat Bab Al-Mandad. Rencana tersebut berdasarkan laporan J Forum yang menggunakan sumber anonim, dilansir di Sputnik News, Jumat (28/8).

Pangkalan tersebut diduga akan dibangun di Pulau Socotra, daratan terbesar di kepulauan Yaman. Delegasi Israel-UEA dilaporkan tiba di pulau itu baru-baru ini untuk meninjau lokasi pembangunan pangkalan.

Baca Juga

Ada dua lokasi yang diduga dipilih untuk pembangunan pangkalan. Lokasi pertama adalah wilayah Momi di timur pulau untuk Pusat Jamgua dan lokasi kedua di barat untuk Pusat Katanan. Tujuan didirikannya pangkalan ini untuk mengumpulkan intel di seluruh Teluk, terutama dari Bab al-Mandab dan selatan Yaman, serta Teluk Eden, dan Tanduk Afrika.

Laporan itu juga mengutip sumber berpangkat tinggi Eritrea yang tidak disebutkan namanya. Dia mengatakan, Israel pada 2016 memulai pembangunan pangkalan pengumpulan informasi terbesarnya di Gunung Ambassaira di Eritrea.

Tujuannya memantau secara elektronik pasukan koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang melancarkan perang perlawanan. Faksi oposisi bersenjata di Yaman dan kelompok teroris ISIS ada di wilayah tersebut.

Tercatat dalam laporan itu, pusat pengawasan Israel memantau tindakan militan Houthi di Yaman dan pergerakan angkatan laut Iran di wilayah tersebut. Selain itu, Israel juga memeriksa lalu lintas laut dan udara di wilayah selatan Laut Merah.

Hubungan diplomatik Israel dan UEA telah dinormalisasi dengan AS sebagai penengah. Dalam kesepakatan hubungan itu, Israel diharapkan mengurungkan niatnya memperluas kedaulatan di bagian Tepi Barat. Normalisasi hubungan kedua negara, Israel dan UEA, tentu menuai reaksi banyak negara.

Beberapa negara memuji keputusan tersebut sebagai langkah menuju stabilitas di Timur Tengah. Sementara Iran dan Otoritas Palestina, mengecam kesepakatan itu sebagai kesalahan yang dibuat oleh UEA dan wujud pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement