REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kantor intelijen Amerika Serikat (AS) akan berhenti memberikan laporan tatap muka ke anggota legislatif mengenai keamanan dan intervensi negara asing pada pemilihan umum. Alasannya intelijen khawatir informasi sensitif yang mereka sampaikan akan bocor.
Dilansir BBC pada Ahad (30/8), laporan akan disampaikan secara tertulis. Anggota parlemen dari Partai Demokrat marah dengan rencana tersebut dan menuduh kantor intelijen mengabaikan kewajiban mereka untuk memberikan informasi kepada Kongres.
Anggota parlemen dari Demokrat menuduh pemerintah Presiden Donald Trump mengabaikan ancaman Rusia dan negara lain terhadap pemilihan umum AS. Ketua House of Representative Nancy Pelosi dan kepala Komite Intelijen House Adam Schiff mengatakan masyarakat memiliki hak untuk mengetahui bagaimana kekuatan asing mencoba merusak demokrasi AS.
Langkah ini membuat Kongres tidak dapat menanyai pejabat-pejabat dari Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI). ODNI memberitahu komite intelijen Senat dan House laporan tatap muka mengenai keamanan pemilu akan diganti dengan laporan tertulis.
Pejabat-pejabat ODNI dilaporkan khawatir laporan-laporan yang mereka sampaikan bocor seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya. Trump mengatakan Direktur Intelijen Nasional John Ratcliffe 'lelah' dengan kebocoran informasi.
"Jadi dia ingin melakukannya dengan bentuk yang berbeda karena di komite ada pembocor informasi, jelas, pembocor melakukan hal buruk, bahkan mungkin membocorkan hal yang tidak boleh dibocorkan, tapi kami akan menyelidikinya secara terpisah," katanya.
Dalam pernyataannya, Pelosi dan Schiff mengatakan ODNI mengkhianati hak masyarakat mendapatkan informasi mengenai upaya negara asing melakukan intervensi terhadap pemilihan umum AS. Negeri Paman Sam akan menggelar pemilihan presiden pada November mendatang.
"Ini abdikasi yang mengejutkan terhadap tanggung jawab yang diatur hukum untuk memberikan informasi ke Kongres dan mengkhianati hak rakyat untuk mengetahui bagaimana negara asing mencoba merusak demokrasi kami," kata mereka.
Schiff mengatakan Trump tidak ingin masyarakat Amerika tahu bagaimana Rusia membantunya terpilih kembali. Tiga pekan yang lalu kantor Ratcliffe mengatakan Rusia, China, dan Iran mencoba mempengaruhi hasil pemilihan presiden.