REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Berdampingan hidup dengan non-Muslim alias kafir bukan satu hal yang asing. Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan seluruh umat manusia pernah berdampingan erat dengan orang kafir.
Ustaz Ahmad Sarwat mengatakan, ada empat orang kafir yang hidup bersama Rasulullah. Di antaranya Abu Thalib sebagai paman, Maria Al-Qibthiyah sebagai istri Nabi, Abu Sufyan sebagai mertua dan Abu Al-Ash sebagai menantu.
"Empat orang ini menjadi bagian dari keluarga Rasulullah SAW dan pada saat itu statusnya bukan musilm alias kafir," katanya dalam bukunya Orang Kafir dalam Keluarga Nabi.
Meski status mereka orang kafir yang sudah pasti neraka tempat akhir hidupnya, Rasulullah sangat sayang tehadap mereka. Bukti Rasulullah sayang kepada mereka dengan selalu berdakwah dan mengajak mereka kepada menyambah Allah dengan mengucapkan tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah.
Kasing sayang Nabi terhadap pamannya itu dapat dibuktikan, paada akhir hayat pamannya Abu Thalib. Pada saat itu Rasulullah mengajaknya masuk Islam agar selamat.
Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya mencantumkan hadits Abu Hurairah yang meriwayatkan hadits tentang bagaimana Nabi SAW sudah meminta paman untuk masuk Islam. Namun dia tidak mau beriman, tidak mau mengakui kenabian keponakan tatkala semua orang beriman kepada kenabiannya di usia 40 tahun.
"Padahal Abu Thalib baik kepada Nabi, selalu melindungi dan mendukung semua perjuangan Nabi SAW. Namun sayang hingga akhir hayatnya, Abu Thalib tetap tidak mau bersyahadat," katanya.
Dalam hadisnya Rasulullah meminta. "Wahai paman, ucapkan Laa ilaah illallah, biar Aku nanti jadi saksi di hari kiamat.
Namun Abu Thalib menjawab dia mengikuti agar Abdul Muthalib, setelah Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayah mengatakan "Hai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?’
Ayat itu menurut Abdullah bin Al-Abbas, Ibnu Umar, Mujahid dan Asy-Sya’bi turun kepada Abu Thalib, tatkala ditawarkan untuk masuk Islam namun dia menolaknya.
Maria, dia seorang budak Mesir, hadiah dari Muqawqis, penguasa Mesir saat itu, kepada Nabi Muhamad SAW. Maria ini diberikan Muqawis, sebagai balasan dari surat ajakan Nabi Muhammad SAW kepadanya.
Ustaz Ahmad mengatakan, memang sudah jadi kebiasaan para raja di masa lalu, kalau kirim utusan dan juga surat, disertai dengan souvenir, baik berupa cendera mata emas, perhiasan, atau pun juga yang paling tinggi nilainya, yaitu budak wanita.
"Maria adalah 'hadiah' raja Mesir kepada Nabi Muhammad SAW. Hadiah yang sifatnya penghargaan. Tidak semua raja dikirimi hadiah macam itu," katanya.
Uniknya, kata Ustaz Ahmad, Maria dihadiahkan satu paket dengan adiknya yang bernama Sirin, dua-duanya dipersembahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Namun Sirin dihadiahkan lagi oleh Nabi SAW kepada penyair muslim, Hassan bin Tsabit.
Orang kafir di dalam kehidupan Rasulullah ada Abu Sufyan sebagai mertua dan Abu Al-Ash sebagai menantu. Keduanya kemudian masuk Islam.