REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Koperasi Usaha Kecil Menengah (UKM) Tetan Masduki memfasilitasi kerjasama koperasi nelayan dengan pengusaha perikanan. Kerjasama itu diharapkan dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di sektor kelautan serta memudahkan kepastian pasar dan pembiayaan bagi nelayan.
"Kami membicarakan konsep kemitraan antara koperasi nelayan dengan perusahaan yang akan membeli hasil produk tangkapan nelayan," jelas Teten saat mengunjungi fasilitas cold storage milik Cahaya Bahari Jakarta (CBJ) di Muara Angke, Jakarta Utara, Senin (31/8).
Teten menjelaskan kementerian berkepentingan untuk membangun koperasi pangan salah satunya adalah koperasi di sektor kelautan atau perikanan. Dengan adanya koperasi, diharapkan mengurangi usaha perorangan.
"Koperasi di bidang perikanan baru 2,4 persen atau sekitar 2 ribu koperasi se-Indonesia," ujar Teten.
Menurut Badan Pusat Statistik, pada triwulan II tahun ini, nilai ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai USD 2,41 miliar (angka Juni) atau tumbuh 6,88% apabila dibandingkan dengan capaian triwulan II tahun 2019(yoy) sebesar USD 2,25 Miliar.
“Pengusaha punya akses pasar ekspor, koperasi punya anggota para nelayan yang bisa memasok produk. Memang yang dibutuhkan adalah jembatan sinergi. Nah, kami yang akan menjadi jembatan itu,” ujar Teten.
Menurut Teten, fasilitasi dari Kemenkop UKM sangat beragam, mulai dari pembinaan teknis, kredit murah, bahkan adopsi sistem resi gudang kesektor perikanan.
“Bahkan di masa pandemi ini, menurut FAO (Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian) tingkat konsumsi ikan dunia tetap tumbuh dibanding sumber protein hewani yang lain. Ini peluang yang harus kita sambut,” ujar Teten. Dia menambahkan bahwa sekitar 65 persen pelaku sektor perikanan laut adalah UKM yang membutuhkan dukungan pemerintah dan sinergi dengan pengusaha.
Menurut Teten, sinergi dengan perusahaan menguntungkan nelayan karena ada kepastian penyerapan, sekaligus membuat mereka bisa membuat perencanaan yang lebih baik.