Senin 31 Aug 2020 20:55 WIB

Kapal AS ke Selat Taiwan di Tengah Ketegangan dengan China

China menilai langkah AS di Selat Taiwan berbahaya.

Kapal perang  Amerika Serikat (ilustrasi).
Foto: Janes
Kapal perang Amerika Serikat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Kapal perang Amerika Serikat singgah di Selat Taiwan untuk kedua kalinya dalam dua pekan terakhir. Pergelaran kapal perang ini dilakukan di tengah ketegangan hubungan antara China dan AS.

Informasi mengenai singgahnya kapal perang AS disampaikan Angkatan Laut AS dan Otoritas Pertahanan Taiwan.

Baca Juga

Angkatan Laut AS mengatakan kapal perang USS Halsey melakukan kegiatan transit rutin di Selat Taiwan yang pelaksanaannya mematuhi aturan hukum internasional. USS Halsey merupakan kapal perang AS yang dilengkapi dengan sistem penghalau rudal.

“Singgahnya kapal AS melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS terhadap kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Angkatan Laut AS akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di seluruh daerah yang diperbolehkan oleh hukum internasional,” kata juru bicara Armada Perang Ketujuh AS, Reann Mommsen.

Sementara itu, Otoritas Pertahanan Taiwan mengatakan, kapal perang AS itu berlayar melewati Selat Taiwan menuju ke arah selatan. Kapal itu, menurut Taiwan, menjalankan misi yang biasa dan situasinya saat itu cukup normal.

Tidak hanya USS Halsey, kapal perang AS lainnya, USS Mustin, juga berlayar melewati Selat Taiwan pada 18 Agustus 2020.

Menurut militer China, langkah itu sangat berbahaya. AS dan China telah meningkatkan aktivitas militernya di sekitar wilayah Taiwan, pulau otonom yang diklaim di bawah kedaulatan China, serta di Laut China Selatan.

Pemimpin Taiwan, Tsai Ing-wen, pekan lalu memperingatkan adanya ancaman konflik di tengah adu kekuatan militer AS dan China.

China mengeklaim, Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Otoritas di China juga belum menghapus kemungkinan pihaknya akan mengerahkan pasukan untuk memaksakan kedaulatannya di pulau otonom dan demokratis tersebut.

Sementara, AS merupakan pemasok utama senjata ke Taiwan, juga pendukung Taiwan paling penting di forum-forum internasional.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement