Rabu 02 Sep 2020 12:39 WIB

Asy-Syifa dan Kisah Ruqyah Pertama dalam Islam

Asy-Syifa tak mau ruqyah sebelum mendapat izina Nabi Muhammad.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Asy-Syifa dan Kisah Ruqyah Pertama dalam Islam. Foto ilustrasi: Muslimah
Foto: Mgrol120
Asy-Syifa dan Kisah Ruqyah Pertama dalam Islam. Foto ilustrasi: Muslimah

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Asy-Syifa binti Abdullah bin Abdusy Syams bin Khalaf bin Syadad al-Qarsyiyah al-Adwiyah merupakan perempuan pertama yang mengajarkan baca tulis Alquran dan pengobatan Ruqyah. Meski memiliki keahlian langka pada masanya tak membuat Shahabiyah ini jumawa, ia terkenal rendah hati.

Seperti diriwayatkan Syekh Abu Malik Muhammad bin Hamid dalam bukunya 150 Perempuan Shalihah Teladan Muslimah Sepanjang Massa, bahwa Asy-Syifa belum bisa melakukan pengobatan sebelum baginda Rasulullah SAW menginzinkannya.

Baca Juga

"Aku tidak akan meruqyah sampai aku mendapatkan izin Rasulullah SWT," katanya.

Sebelum melakukan pengobatan dengan cara ruqyah Asy-Syifa terlebih dahu datang menghadap Rasulullah SAW dan berkata. "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah meruqyah dengan cara meruqyah orang jahiliyah dan aku ingin menunjukkannya kepada mu," katanya.

Tidak lama kemudian Rasulullah SAW menjawab. "Tunjukanlah."

Kemudian Asy-Syifa menunjukkannya kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian ia meruqyah dengan menggunakan namilah (sejenis potongan kulit). Setelah itu Rasulullah SAW bersabda.

"Meruqyahlah kamu dengan itu dan ajarkan hal itu kepada Hafsah, dengan nama Allah, singkirkan setan, wahai Tuhan manusia. Dan, meruqyahlah dengan menggunakan kayu kunyit dan oleskan (...bagian yang sakit)."

Setelah peristiwa itu, Asy-Syifa terus meruqyah orang-orang yang sakit dari kalangan kaum muslimin, baik laki-laki maupun perempuan. Dia juga mengajarkannya kepada Ummul Mukminin Hafsah.

Jika diperhatikan kejadian ini, walaupun Asy-Syifa memiliki ilmu kuno ini dia dapatkan sebelum menemukan cahaya Islam, ia tidak mau menggunakannya, kecuali setelah mengetahui hukumnya secara syar'i.

Ketika dia telah mendapatkan izin dari Rasulullah SAW, ia pergunakan untuk membantu manusia. Peran asy-Syifa tidak cukup di pengobatan, dia juga mengajarkannya kepada para muslimin membaca dan menulis sehingga layak kalau dikatakan sebagai guru perempuan pertama dalam Islam.

Asy-Syifa binti Abdullah al-Adwiyah termasuk wanita langka di zamannya, karena merupakan wanita satu-satunya yang bisa membaca dan menulis di masa jahiliyah. Allah SWT telah memberkatinya dengan membuatnya mencintai keduanya, yaitu dengan memberikan akal yang kuat dan ilmu bermanfaat.

Syekh Abu Malik mengatakan, tidak banyak tulisan yang membahas tentang Asy-Syifa binti Abdullah, bahkan sangat sedikit. Ibnu Hajar dalam kitabnya, al-Ishabab, menggambarkan bawah Asy-Syifa termasuk cendikia dari kalangan wanita dan Rasulullah SAW‎ memfasilitasinya dengan menyediakan rumah di Madinah sebagai tempat tinggalnya.

Sementara Umar bin Khattab RA mempercayai pendapatnya asy-Syifa dan mendahulukan untuk mendengar ucapannya dibanding dengan yang lain sampai dikatakan bawah ia diangkat untuk mengurus beberapa hal yang berkenaan dangan pasar.

Akan tetapi, tidak disebutkan tugas apa yang diemban oleh asy-Syifa di pasar, kecuali apa yang disampaikan oleh Ibnu Sa'ad di dalam Thabaqat yang diriwayatkan dari cucunya Umar bin Sulaiman bin Abi Khatsmah dari bapaknya berkata, "asy-Syifa binti Abdullah berkata.

"Aku melihat betapa pemuda berjalan dengan pelan-pelan.  Lalu asy-Syifa berkata. ‎Apa ini? . Mereka berkata "Ahli ibadah. Lalu ia berkata, Umar ketika ia berkata terdengar, jika berjalan cepat, dan jika memukul akan menyakitkan. Dia adalah sebenar-benarnya manusia.

Dapat disimpulkan bawah dari pembicaraan asy-Syifa binti Abdullah tersebut adalah bagian dari tugas seorang pengawas harga. Akan tetapi sebagaimana diceritakan dalam kejadian tersebut, ia tidak berbicara langsung kepada kumpulan pemuda tersebut, tetapi hanya berkata kepada orang yang mendampinginya.

Asy-Syifa binti Abdullah adalah guru wanita pertama dalam Islam ini wafat‎ pada zaman kekhalifahan Umar bin Khatab pada tahun 20 Hijriah. Allah melimpahkan pahala kepadanya dari kaum muslimin dan muslimat atas apa yang diperbuat untuk umat dengan mengurus orang-orang yang sakit dan memberikan pengajaran kepada kaum perempuan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement